Skip to main content

Nominal...Oh...Nominal...

Terkadang aku berpikir, "Mengapa hidup di Dunia ini terlalu mahal?"
Segala sesuatunya dinilai dari nominal, nominal dan nominal. Ini suatu hal yang aneh, tapi ini fakta adanya.
Rezeki, jodoh dan ajal itu adalah ketetapan Allah swt. Allah swt membentangkan luas rezekinya dari sisi mana saja, di langit dan di bumi. Ia mentransfer rezeki-rezeki itu lewat banyak perantara, dalam hal ini adalah manusia (manusia ke manusia lainnya). Tapi, aku tertegun dan berhenti pada sebuah pertanyaan besar dalam perjalanan panjang dari kehidupan yang telah dilewati.


Allah swt memiliki segalanya, apa yang terbentang luas dilangit dan di bumi adalah miliknya.
Sayur-sayuran yang kita makan, buah-buahan yang segar-segar, ikan, daging, udang, beras, gandum, roti, air, coklat, ice cream, baju, celana, rok, kerudung, rumah, pulpen, laptop, handphone, telepon, mobil, motor, kereta api, bus, kipas angin, AC, televisi, masjid, sekolah, gedung2 bertingkat, kantor, penjara, rumah sakit, perumahan2 mewah, batu, pasir, tanah dan masih banyak lagi yang gak mungkin aku jabarin satu per satu. *Karena gak ada habisnya, hehe :-) Itu semua punya Allah swt, kita hanya dititipin. ^__^


Tetapi, Allah swt tidak pernah meminta kita mengganti segala nikmat yang telah Ia berikan dalam bentuk ketetapan nilai dari nominal-nominal. Ia hanya minta kita menggantinya dengan rasa tanggungjawab kita atas hak-hak yang telah kita peroleh (shalat lima waktu sehari semalam, bersedekah dan selalu bersyukur (merasa qanaah/cukup)). Dan itu gak perlu mengocek dalam-dalam kantong kita untuk melakukannya. 
- Shalat 5 waktu sehari semalam :
Ini hanya membutuhkan waktu 5 menit saja (1 x shalat) dari 24 jam waktu yang kita miliki.
Berarti, kalau 5 waktu = 5 X 5 = 25 menit (gak sampai sejam lo, setengah jam juga kagak :-D )
Dan waktunya juga telah ditetapkan, gak terus-terussan. Di akhir shalat, ditutup do'a yang isinya minta pengampunan dosa, dipermudahkan segala sesuatunya,minta rizki yg halal, curhat dan bersyukur. Enak kan aktivitasnya? Tapi, sayangnya sedikit yang menyadari hal ini :-(
- Sedekah :
Allah swt tidak pernah menyuruh kita untuk selalu bersedekah dalam batasan nominal minimal atau maximal yang ia tetapkan. Tetapi, faktanya ini masih banyak yang berat untuk melakukannya. Mulai dari kebiasaan hitung-hitungan, negative thinking dan masih banyak lagi alasan yang akhirnya membatasi kebiasaan baik ini.
- Bersyukur (merasa qanaah/cukup) :
Setiap manusia pastilah berbeda-beda nilai nominal rezekinya. Ada yang bagi kita kelihatan "waw" dan ada pula yang kelihatan "apa mungkin bisa cukup?".
Sebahagian besar orang bisa cukup dengan rezeki yang telah diberi Allah swt. Tetapi, ada pula yang tidak pernah merasa cukup dan puas atas apa yang telah diberi Allah swt. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Karena kita tidak pernah merasa cukup atas apapun nikmat yang telah Allah swt berikan. Ini masih ada hubungannya dengan sedekah, kalau untuk sedekah saja kita hitung-hitungan, maka tak heran jika kita merasa tidak pernah cukup.
Kalian ingat firman Allah swt dalam Al-qur'an yang kira-kira artinya seperti ini "Barang siapa yang bersyukur,pasti akan Aku tambah nikmat Ku kepadamu. Tetapi, barang siapa yang kufur, sesungguhnya azabku sangat pedih". *Kira-kira seperti itu,kalau gak salah. Hehe... Soalnya saya lagi gak buka Al-qur'an *__*
Nah, itulah tiga point yang bisa aku bilang sebagai rasa terima kasih kita kepada Allah swt atas segala nikmat-nikmatnya.


Sekarang coba bandingkan dengan manusia.
Manusia? Iya, manusia... Kita, aku, kamu, mereka dan dia (MANUSIA).
Allah swt memberi nikmat-nikmatNya yang kita sebut sebagai "REZEKI" melalui perantara, yakni MANUSIA.
Seperti pembukaan tulisan ini, aku berkata "Mengapa hidup di Dunia ini terlalu mahal?"
Sementara Allah swt hanya meminta balasan 3 point utama yang senantiasa harus kita lakukan (seperti tertera diatas) tanpa pernah dibatasi dengan "APA ITU NILAI DARI SEBUAH NOMINAL"!!!


Lihat keluar sana, ada berapa banyak anak-anak yang harus putus sekolah?
"Wajib belajar 9 tahun", setidaknya program ini selalu terngiang-ngiang di telinga kita semua. Pemerintah membantu menyalurkan bantuan ini dan itu untuk meringankan beban bagi orang-orang yang tidak sanggup membayar sepeser pun untuk pendidikan mereka. Tapi fakta dilapangan menunjukkan, "YANG KAYA YANG SEKOLAH,YANG MISKIN BERMIMPILAH!" 
Mau berpendidikan saja, anda harus mengocek dalam-dalam kantong anda. XX juta, XX juta dan XX juta. Lagi-lagi kita dihadapkan pada sebuah nilai nominal. Aku gak menyalahkan ini, itu, siapa. Tapi, ini cukup terdengar aneh saja. Bahkan, seseorang yang cerdas sekalipun harus siap-siap mengubur mimpinya jika tidak memiliki nilai nominal yang diminta. Maka jangan heran, kalau penerus-penerus generasi bangsa ini banyak memilih putus sekolah dan membantu orang tuanya dengan bekerja. Mengutip sampah, meminta-minta, mengamen atau hal-hal lainnya. Jangan heran, kalau mereka menganggap pendidikan itu tidak terlalu penting. Karena mereka dipaksa untuk berpikir bagaimana bisa mengenyangkan perutnya hari ini, besok dan esoknya lagi. Jangan heran juga, kalau kian hari tingkat kemiskinan kian melunjak.


Sekarang putar arah...
Mendapatkan nilai-nilai nominal dengan cara "BEKERJA".
Titel kini menjadi syarat utama agar anda dapat memperoleh nilai-nilai nominal yang anda inginkan itu. D3,S1,S2,S3 entah apa itu judulnya sangat berpengaruh sekali. Hmmm, sehingga bisa dibilang  "Skill" in the second number if you have a big tittle and best of value. Dan untuk memperoleh titel2 itu, kita harus sekolah lo. Dan sekolah butuh nilai nominal lo. Kocek kantong dalam-dalam lagi, lo. Ahaha.... *lucunya :-D
Udah gitu, mana mahal eh...hasilnya lebih banyak yang jobless daripada yang worker.
Logikanya, semakin mahal harusnya semakin berkualitas. *Hoho, ini hal-hal yang lucu yang sampai sekarang saya saja masih mencari jawaban tepat atas peristiwa2 seperti ini.


Coba, balik ke kanan...
Kita masih belum kelar looo.
Anda mau kerja? Kocek dalam-dalam kantong anda. Orang butuh kok malah dibuat susah? Ini aneh banget lo. (Gak semua tempat sih memang! Read) Tapi mayoritasnya, seperti itu.
Atau suatu hal yang bisa dibilang "Diskriminasi". Seseorang bisa bekerja di sebuah tempat karena saudaranya adalah orang hebat (mempunyai jabatan tinggi) sehingga ia diterima dengan gampangnya. Waw, it's so very funny alright?
Nah, sekarang anda bisa membedakan kan?


Sekarang coba pikirkan, Allah swt saja yang punya segala - galanya apa yg terbentang di langit dan bumi tidak pernah meminta balasan dengan kapasitas nilai dari sebuah nominal.
Nah, kenapa kita selalu menilai sesuatu dengan tolak ukur minimal dan maximal dari sebuah nominal? Toh yang kita punya itu bersumber dari Allah swt, harusnya kita MALU sama Allah swt. Karena Allah swt sendiri saja tidak pernah hitung-hitungan dengan makhluknya.


Lantas, apa sih sebenarnya yang salah?
Dunianya? Zamannya? Manusianya? Systemnya?
Ini aneh...tapi fakta adanya.

Comments

Popular posts from this blog

PLN Part 3 ~Tes Potensi Akademik (TPA) & B.Inggris

Akhirnya Tes GAT terlewati, 2 jam di ruang uzian berhasil membuat sedikit agak bernafas lega dan otot-otot serta syaraf yang tegang rileks kembali. Sebelum keluar dari ruangan, panitia sudah mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan hari itu juga paling lambat sekitar pkl 20:00 wib. Dan bagi peserta yang lanjut dapat mengikuti tes kembali besok di ruangan yang sama. Arghhh..leganya, alhamdulillah semua soal dapat saya jawab dan menyelesaikannya tepat waktu. Yah, meskipun agak sedikit ragu. Karena materi yang dikerjakan hanya sekitar 30% dari buku yang saya beli satu minggu yang lalu di Gramedia :-( Tapi wait..soal gak terlalu sulit kok, yang terpenting anda fokus dan jangan lupa berdo'a sebelum uzian :-) Selesai tes, saya shalat dulu karena belum sempat shalat zuhur tadi sebelum tes. Dan saya pulang... Sesuai arahan panitia, saya mengecek website PLN untuk mengetahui hasil tes. Ternyata belum ada. Dan sekitar pkl 23:00 wib saya buka kembali, ternyata sudah ada

Cinta! GILA atau ANEH?

Saat ada yang jatuh cinta Mereka tertawa bahagia Seakan dunia adalah surga Tak jarang perbuatan gila melanda Mulai bergaya ala artis Tak jarang berpose bak selebritis Foto demi foto di upload dengan wajah manis Hanya demi menarik perhatian sang pujaan hati Tapi, saat ada yang patah hati Dunia seakan tak berarti Rasanya ingin bunuh diri Atau..mati saja saat ini! Muka mengucel, badan melesuh, semangat memudar Upload status tak lebih dari cacian dan makian Atau..bak manusia yang paling tak berarti di dunia Entahlah! Hanya si empunya yang tahu betapa kacaunya ia! Ada pula cinta diam... Yang mengagumi dalam diam Mencintai dengan diam Berdo'a menyeru namanya diam-diam Ada juga cinta umbar Semua perasaan di publish bak selebritis Setiap kata dirajut menjadi kalimat paling romantis Semua wajah di edit jadi foto-foto manis ~ Lalu, pernahkah terlintas di benak anda? Tatkala jatuh cinta kepada seseorang dan merasa bahagia, sebenarnya ada perasaan wanita lain yan

Eye Level

Keputusanku untuk kembali ke medan setelah wisuda, bulat sudah. Banyak hal yang sudah difikirkan masak-masak sebelum memutuskan. Bukan gampang! Meninggalkan posisi karier yg terbilang sudah cukup lumayan dari segi apapun. Tapi setiap perjalanan harus ada pengorbanan, don't be egoistic!!! Ada banyak pertimbangan meninggalkan semua rutinitas di Jawa dan hidup entah seperti apa di Medan. Ya, itulah yang ada di benakku tatkala itu. Pertama, keluarga Kini kami hanya tinggal berempat. Ayah adalah bapak dan ibu bagi kami. Rasanya tidak tega harus meninggalkan ayah dan dua adikku setelah ditinggal pergi mama. Mengurus ini dan itu seorang diri. Membereskan segala sesuatunya sendiri. Ya sih masih ada fanny yg dibilang sudah cukup dewasa. Tapi, aku mengenal betul watak fanny dari kecil. Fanny bukan typikal orang yg care abis sama rumah. Care sih tapi gak pakai banget. Belum lagi si Raisya, masih terlalu kecil untuk harus memahami semua ini. Dia akan merasa kesepian karena hanya memiliki