Skip to main content

Saya Berjilbab Karena Allah, Do'akan Istiqamah yaa :-)

Seperti janji saya, saya bakal share tentang "pertama kali saya berjilbab".
Siap mendengarkan??? :-D Siap ya....

Hmmm, awal saya mengenal jilbab sebenarnya sudah dari Sekolah Dasar (SD), waktu itu namanya kerudung. Kalau searching di "google search" akan jelas perbedaan tentang "jilbab, kerudung, hijab dan khimar". Mengapa kerudung? Karena kain penutup rambut dan telinga yang saya gunakan itu, modelnya yang langsung pakai dan lebarnya juga hanya mampu menutupi dada sedikit.
Kira-kira begini samplenya :
Waktu itu, saya gunakan kerudung hanya untuk event-event islami saja. Seperti ngaji, sekolah madrasah dan acara maulid nabi atau isra' - mi'raj yang diadakan entah itu di lingkungan sekolah maupun rumah.
Bahkan ketika SD dengan seragam khas merah - putih itu pun, saya tidak mengenakan kerudung. Saya berpakaian seperti anak-anak biasa lainnya, sama halnya di lingkungan rumah.

"Buka-Tutup", adalah hal biasa pada saat itu...
Membuka aurat kemudian menutupnya kembali, adalah hal yang wajar dan biasa saya pikir pada saat itu. Saya berpikir bahwa, mengapa kita harus menutup aurat pada saat event islam? Karena menurut saya, sebagai bukti kesopanan kita kepada sang Khaliq karena kita sedang dilihat olehNya, sama halnya ketika kita shalat mengapa kita menutup aurat. Padahal itu adalah pikiran yang bodoh, mengapa? Karena saya lupa bahwa Allah swt selalu melihat dan mengawasi saya kapan saja :-)

Flash back, ketika saya kanak-kanak event yang saya ikuti cukup banyak. Mulai dari sekolah wajib (SD), ngaji alif-alif sampai khatam Al-Qura'n, sekolah madrasah, kursus bahasa Inggris dan join di team shalawatan membuat aktivitas merayap padat seharian. Tapi alangkah lucu sekaligus sedihnya, kalau diingat-ingat masa itu. Ketika saya akan pergi ke SD dengan seragam merah-putih, saya berpakaian kemeja setengah lengan, rok dibawah lutut dan rambut terbang kesana kemari :-( (gak pakai jilbab), kemudian pulang dari sekolah berganti kostum membungkus diri, tanpa satu pun yang bisa dilihat mata kecuali muka, kedua telapak tangan dan kaki. Karena jadwal saya selanjutnya mengaji di rumah tetangga dan sekolah madrasah. *Bahkan, waktu itu saya menganggap kaki terbuka tanpa alas pun tak masalah :-(
Dan pakaian pembungkus diri kemudian dibongkar lagi dan berubah membuka aurat kembali, karena jadwal selanjutnya kursus bahasa Inggris :-(
Begitulah sehari-hari yang saya lakukan, karena minimnya ilmu dan tak banyaknya arahan.

Sekarang saya adalah pelajar SMP (Sekolah Menengah Pertama) sekaligus pelajar Madrasah yang masih duduk di bangku kls 3 MID (Madrasah Ibtidaiyah Diniyah). Karena terbiasa sekolah wajib tanpa jilbab, hal itu pula lah yang saya lakukan ketika menjadi murid baru di salah satu SMP Negeri di Medan. Pergi ke sekolah dengan seragam putih-biru serba kurang bahan, rambut terbang kesana-kemari yang tak merasa berdosa sama sekali. Kemudian balik dari sekolahan, mengganti seragam pembungkus diri, sibuk nyari kerudung buat MID dan dibuka kembali setelah pulang MID. *Ya Rabbi, maafkan hambamu :-(
Begitulah hari-hari yang saya lalui sampai waktu membawa saya menjadi pelajar SMA.

Di akhir pendidikan saya di SMP, saya sempat mengalami sebuah kejadian yang cukup mengecewakan, cukup membuat deprsei tetapi membawa nilai positif dalam hidup. Waktu itu, saya punya harapan bisa melanjutkan ke SMA Negeri. Selama menjelang UAN SMP, segala persiapan sudah matang disiapkan. Tapi takdir berkata lain, harapan itu harus pupus di jalan. Score UN SMP saya hanya rata-rata 6,4 untuk ke 3 mata pelajaran (MM, B.Ing, B.Ind) dengan score yang paling terendah adalah mata pelajaran MM (nilai nge pas buat lulus). Hmmm, kecewa? Banget! Tapi, mau diapain lagi? Yah, mungkin memang jalannya yang harus seperti itu. Saya sempat putus asa, mau nyambung SMA kemana? Saya gak punya gambaran beberapa SMA swasta di Medan saat itu, karena harapan terbesar adalah menjadi siswi Negeri. Yang ada di benak saya, satu-satunya SMA swasta adalah SMA Dr.Wahidin Sudirohusodo yang berlokasi di simpang kantor dan bermayoritaskan cina. Pertanyaannya, berapa banyak biaya yang harus kami habiskan untuk dapat diterima di sekolah itu? Karena saya tahu bagaimana kondisi ekonomi keluarga saya pada saat itu.

Inilah, Awal Berjilbab itu...
At last, mama ingat kalau ada abang sepupu saya yang SMA nya di Gelugur kota. Akhirnya kita putusin buat tanya-tanya ke Abang sepupu saya itu. Setelah memperoleh informasi yang cukup dari abang sepupu saya itu, kami langsung meninjau lokasi. Bahkan ketika pertama kali saya menginjak kaki di SMA yang pada akhirnya saya putuskan melanjutkan pendidikan di sana, saya masih tanpa jilbab. Ya, dengan kemeja lengan panjang + celana jeans dan tanpa jilbab saya sampai di SMA itu. Pada awalnya mama saya ragu mau menyekolahkan saya di sana, karena kata beliau jauh dari rumah (yah, lebih kurang 1/2 jam sih dari rumah) dan letaknya juga sudah mau ke kota. *Beliau khawatir pergaulan kota
Padahal, tenang mak! Anakmu tak jauh-jauh sifatnya dari sifat mu dimasa muda dulu, jadi ya..kalau emak baik2 saja dulu masa mudanya, insya allah anaknya juga demikian. Amin :-D
Dan saya yakini mama saya kalau sekolah itu lah yang saya pilih and keesokan harinya kita kembali lagi untuk regist, berhubung hari sudah sore.

Masih dengan perlakuan yang sama, keesokan harinya saya kembali ke sekolah itu untuk regist tanpa jilbab. Karena di sekolah memberikan fasilitas seragam dari sekolah, jadi harus diukur badannya untuk seragam tersebut. Dan ketika sang pengukur baju mengukur untuk seragam yang akan saya gunakan nantinya, dengan cuek dia mengukur serba kurang bahan karena pada saat itu saya tidak berjilbab. Ketika meterannya sampai di lengan tangan, saya bilang dengan refleks "panjangin saja Pak"
Jelas saja si Bapak pengukur baju bingung, karena saya saat itu kan tidak berjilbab :-/
Dia mempertegas kembali pertanyaannya, "dipanjangkan saja? mau pakai jilbab? kalau di panjangin nambah ongkos nya Rp 5.000,- karena standard kita lengan pendek" kira-kira begitu kata beliau
"Iya, panjang kan saja. Gak apa-apa" Jawab saya saat itu
Terus mama juga bertanya, "serius mau pakai jilbab?"
"Insya allah, sekali-sekali beda" Ucap saya ke mama

My first day in school
Karena saya tidak punya kakak wanita, maka hari pertama sekolah pinjam baju SMA kakak sepupu yang berjilbab :-D Karena seragam dari sekolah belum selesai dijahit
Waktu itu, masih sempat kepikiran "apa pakai lengan pendek aja dulu ya?" Astaghfirullah al adzim  -___-
Tapi alhamdulillah gak, tetap mutusin pakai jilbab walau hari pertama cuma buat OSPEK (MOS) doang.
Dan ketika hari pertama sekolah, lumayan juga siswa-siswinya yang berjilbab. Termasuk di ruangan saya, karena pada saat itu saya dapat di Aula dan banyak sekali manusia disana :-D

Daily in Senior High School
Alhamdulillah dari pertama sekolah disana sampai selesai saya masih pakai jilbab :-)
Walau sempat pasang - surut iman dan model 'buka-tutup' masih nge trend dijalani, tapi lama kelamaan berubah tahap demi tahap. Alhamdulillah :-)
Jujur saja, saya juga pernah tanpa jilbab di sekolah waktu itu. 
Malu??? Sebenarnya iya, sedih juga iya, tapi belajar semua dari sana setahap demi setahap.
Saya hanya buka jilbab pada saat event tertentu saat itu, materi olahraga yang mengharuskan para siswi/siswa nya berenang, tampil nari daerah (tor-tor khas SUMUT) acara perpisahan kakak kelas dan nampil tari modern di acara PENSI sekolah. Kalau diingat-ingat lagi saya malu, setidaknya bisa diatasi bukan??? -____-
Tapi untungnya pakaian renang maupun pakaian tarinya gak yang terlalu fulgar gimana gitu, tapi tetap aja judulnya "Jilbabnya di buka :-("

Tantangan terbesar selama berjilbab
Jilbab atau kerudung pada saat itu tidaklah seramai yang dibicarakan pada saat ini, dulu memakai jilbab selalu berkesan tua, karena tidak adanya penggebrakan bahwa "memakai jilbab adalah wajib bagi setiap muslim". Maka tak heran, kalau ibu-ibu kita dulu tidak pernah mengajarkan anak-anaknya berjilbab, karena bisa saja mereka juga tidak mendapatkan pelajaran tersebut dari ibu nya. Apalagi saya yang bukan berasal dari kalangan keluarga ustadz atau yang berbau-bau agamis. Justrul semua ilmu agama saya peroleh hanya dari orang tua yang seadanya dan mencari-cari kesana kemari.

Ketika saya memutuskan berjilbab, alhamdulillah ada tantangan yang menguji pasang-surut iman pada saat itu. Dimulai dari :
1. Tes wawancara PASKIBRAKA di sekolah
Para senior-senior yang mewawancarai saya saat itu bertanya, "rata-rata yang menjadi paskibraka itu kan tidak menggunakan jilbab, nah kalau kamu kami minta buka jilbab misalnya untuk keadaan mendesak mau gak?"
Dan spontan saat itu, "saya jawab tidak, lebih baik saya tidak lulus daripada harus buka jilbab :-D" *Padahal saya bisa kasih opsi lain agar jilbab tetap tidak di buka, tapi entah mengapa kalimat itu yang keluar. Bukannya dipikir-pikir dulu waktu mau jawab. Kelihatan banget memang gak niat gabung, wkwkwkwk
At last saya gabung di ekskul DEC :-)

2. Foto ijazah SMA terakhir
Masa SMA sebentar lagi berakhir dan jadwalnya pemfotretan untuk foto ijazah. 
Yang saya ingat, waktu itu pantia dari pihak guru untuk sesi foto ini bilang "kami gak memaksa kalian yang pakai jilbab untuk membuka jilbabnya, tapi kami beri kebebasan, silahkan yang ingin di buka boleh dibuka".
Wah, galau nih ceritanya men? buka-gak-buka-gak-buka-gak-buka *ngitung kancing, hehehehe gak lah :-D
Ketika sesi foto tersebut, kita lagi belajar salah satu mata pelajaran (gak usah disebut yaa)
Guru mata pelajaran tersebut mengarahkan buat yang pakai jilbab sebaiknya dibuka saja, kira-kira beliau berkata begini "Yang jilbab, buka saja gak apa-apalah untuk foto ijazah aja kok, sebentar saja. Soalnya kalau kalian punya niat, tamat SMA mau kerja lebih gampang dengan foto yang tidak berjilbab" Terus sang Guru cerita masalah jilbab & pekerjaan gitu.
Ya allah, aku galau...hahahahaha 
Apalagi pada saat itu, teman-teman malah menatap ke saya dan meminta apa saran saya. Tapi, saya bulatkan tekad dan kata hati, saya bilang "terserah kalian saja, kalau mau buka ya buka. Aku gak ah, toh kalau masalah kerja, rejeki Tuhan yang ngatur :-)" Itulah kalimat refleks yang keluar
And lastttttttttttt, saya punya foto ijazah yang menggunakan jilbab setelah 12 tahun sekolah :-(
And i'm so happy ketika teman-teman ternyata ada beberapa yang mengikuti jejak saya, mereka foto berjilbab. Alhamdulillah :-)

3. Judge bahwa "Pakai jilbab tunggu tua!"
Saya pernah dengar kalimat ini di lontarkan ke saya, "ngapain pakai jilbab masih muda, entar aja kalau udah nikah trus udah tua" *Iya, kalau umur saya sampai, kalau tiba-tiba di panggil di jalan? Hah? 

Perkataan Bapak yang selalu terngiang :-)
Waktu itu, karena baru pertama kalinya ke sekolah pakai jilbab (kelas 1 SMA), tetap aja di lingkungan saya tanpa jilbab. Seperti bermain, ke rumah saudara atau sekedar hang out bareng teman, ya..tanpa jilbab. Kecuali acara-acara sekolahan atau sekedar hang out bareng teman SMA baru sibuk cari jilbab*Ya allah, ampuni saya yaaaaa :-( Dan itu berlanjut sampai saya kelas 2 SMA. 
Akhirnya di akhir kls 2 SMA, saya iseng-iseng coba keluar pakai jilbab. Seperti ke warung, ke rumah saudara dan lain-lain. Tapi, ternyata tak bertahan lama, pernah saya buka kembali jilbab saya karena merasa aneh kalau pakai jilbab di tengah-tengah lingkungan dan keluarga.
Hingga suatu hari, bapak saya complaint :-)
Bapak pernah bilang ke kami anak-anaknya, "Kalau mau pakai jilbab terus di pakai, kalau gak ya udah gak usah di pakai. Jangan bentar-bentar di pakai, habis itu di buka lagi"
Agak shock juga mendengar perkataan Bapak saat itu, karena seumur-umur belum pernah bapak komplain masalah pakaian ke anak gadisnya ini :-D. Tapi, berkat perkataan bapak, akhirnya saya putuskan di kls 3 SMA istiqamah pakai jilbab tidak hanya di sekolah atau bahkan event-event sekolah, tetapi juga dimanapun berada :-)

Saya belum menggunakan jilbab syar'i



Saya tahu dan saya sadar kalau jilbab yang saya gunakan sampai saat ini belumlah syar'i seperti yang dikumandangkan orang-orang di luar sana.
Ada keinginan sih saya pengen berjilbab seperti mereka-mereka itu yang sudah sesuai standard, hanya saja saya lagi menjalani dan menikmati prosesnya. Do'akan saja yaaa :-)








Baru sadar, "Kalau Jilbab itu WAJIB"








"Wahai Nabi, perintahkanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri kaum mukmin, "hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke suluruh tubuh mereka". Yang demikian itu, agar mereka lebih mudah dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun, lagi maha penyayang" Q.S. Al-Ahzaab : 59

"Katakanlah kepada wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya (muka & kedua telapak tangan)" Q.S. An-Nuur : 31

Ya, setidaknya ayat diatas bukan hanya sekedar tulisan-tulisan semata melainkan memang kewajiban yang harus kita taati sebagai muslimah.

Perbedaan sebelum dan setelah berjilbab
Ada banyak perbedaan yang saya rasakan dan amati sebelum dan setelah berjilbab.
Pertama, dulu kalau hang out tanpa jilbab "semua mata pria nakal tertuju pada anda", "semua rayuan gombal menghampiri anda"
Ketika mereka melihat saya berjalan, tak jarang siulan nakal atau sekedar memanggil 
"hi, cewek,,cewek..cuit-cuit" menghampiri meski tak pernah di respon dan berujung pada kalimat "sok cantik ih, sombong x" :-)
Berubah ketika saya berjilbab, semua kalimat nakal menjadi "Assalamualaikum" *amazing :-)

Kedua, Ada perasaan hati dan batin yang selalu gembira, jarang sedih :-D

Ketiga, Lebih bisa mengendalikan diri, seperti menahan ego,emosi dan melatih kesabaran :-)

Dan masih banyak lagi manfaatnya
Dan yang paling menakjubkan, setidaknya saya bisa membuktikan bahwa "Benar kan! rezeki diatur Allah swt bukan diatur pakaian yang kita kenakan. Tuh buktinya, jilbab gak menghalangi saya dapat pekerjaan :-)"

Saya juga sedang belajar
Saya juga masih dalam tahap dan proses belajar menggunakan jilbab. Menggunakannya dengan benar dan dengan baik :-)
Saya juga masih belajar menutupi kaki perlahan-lahan dengan kaos kaki.
Saya juga masih belajar setahap demi setahap menggunakan jilbab di rumah, kalau ada orang lain (yang bukan muhrim) bertamu ke rumah.
Ya, intinya saya sedang belajar dan akan terus belajar...belajar...dan belajar :-)

Berjilbablah karena perintah Tuhanmu, bukan karena Zaman yang memintamu ^__^
Saya juga pernah di sodorin kalimat seperti ini, "kok kamu cantik ya berjilbab, saya kemarin coba tapi gak sebagus dan secantik kamu"
Ketika ada orang lain melontarkan kalimat seperti itu ke kita, tugas kita adalah mensupport mereka bukan malah mematahkan semangat mereka.
Kita bisa beri alternatif jawaban terbaik, misalnya seperti ini "Hmm, kata siapa kamu tidak cantik pakai jilbab? Yang nilai kamu kan orang lain, bukan kamu sendiri" atau "Dimana-mana juga perempuan yang pakai jilbab lebih cantik daripada yang masih kurang bahan" atau kalimat manis lannya, sehingga mereka tergugah hatinya untuk berjilbab.

Atau kita berjilbab karena mengikuti trend alias sekarang lagi "zamannya berjilbab", maka ramai-ramailah berjilbab. Kalau sudah tidak musim lagi, maka beramai-ramailah membuka *Naudzubillah min jalik, jangan sampai yaaa
Makanya tidak heran, kalau ada orang lain bahkan dari non-muslim sendiri bilang "alah, pakai jilbab cuma buat nutupin kejelekannya saja!" 
So, if you have choose veiled, keep your veiled and keep your personality darl :-)

That's important, berjilbablah karena perintah Tuhanmu, bukan karena musimnya atau karena ikut-ikutan atau karena melihat orang cantik.
Cantik itu relatif dan cantik tiap dimata manusia berbeda-beda, karena sejatinya Tuhan menciptakan wanita-wanita cantik terlahir di muka bumi ini, so gak ada yang jelek ya ladies :-)
Hanya saja kecantikanmu yang sempurna, berasal dari kecantikan hati dan pribadimu dan seberapa sering kamu mensyukuri apapun ni'mat yang telah diberiNya :-)



Last, Mau cantik? Pakai Jilbabmu ^__^



















Saya tutup dengan lirik lagu dari Oki Setiana Dewi ya, selamat bernyanyi bagi yang tahu nadanya :-D



Hijab I'm in Love 

Ketika mengenalmu, aku selalu bertanya
Sudah siapkah aku
Akhirnya ku mengerti, ku telah jatuh hati
Dan menghijabkan diri

Indahnya...oh teduhnya
Cantikkan hatiku

Hijab-hijab, i'm in love...
Kau menjaga hati dan diriku, ooh
Hijab-hijab, i'm in love...
Ku tentram bersamamu

Semenjak bersamamu, kau hiasi hariku
Ceriakan selalu
Takkan ku lepas lagi
Karena kau telah menjadi, bagian dari hidupku

Indahnya, oh teduhnya
Cantikkan hatiku

Hijab-hijab, i'm in love...
Kau menjaga hati dan diriku, ooh
Hijab-hijab, i'm in love...
Ku tentram bersamamu

Mereka selalu berkata, tuk menunda dirimu
Karena ingin menghijabkan hatinya dulu
Namun sampai kapankah semua bisa berubah
Karena hati manusia tempat khilaf dan salah
Huwoo..ho..hoo..woouu...

Hijab-hijab, i'm in love
Kau menjaga hati dan diriku, howow
Hijab-hijab, i'm in love
Ku tentram bersamamu

Hijab-hijab, i'm in love
Kau menjaga hati dan diriku, howow
Hijab-hijab, i'm in love
Ku tentram bersamamu

#Lagunya DISINI

Comments

Popular posts from this blog

PLN Part 3 ~Tes Potensi Akademik (TPA) & B.Inggris

Akhirnya Tes GAT terlewati, 2 jam di ruang uzian berhasil membuat sedikit agak bernafas lega dan otot-otot serta syaraf yang tegang rileks kembali. Sebelum keluar dari ruangan, panitia sudah mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan hari itu juga paling lambat sekitar pkl 20:00 wib. Dan bagi peserta yang lanjut dapat mengikuti tes kembali besok di ruangan yang sama. Arghhh..leganya, alhamdulillah semua soal dapat saya jawab dan menyelesaikannya tepat waktu. Yah, meskipun agak sedikit ragu. Karena materi yang dikerjakan hanya sekitar 30% dari buku yang saya beli satu minggu yang lalu di Gramedia :-( Tapi wait..soal gak terlalu sulit kok, yang terpenting anda fokus dan jangan lupa berdo'a sebelum uzian :-) Selesai tes, saya shalat dulu karena belum sempat shalat zuhur tadi sebelum tes. Dan saya pulang... Sesuai arahan panitia, saya mengecek website PLN untuk mengetahui hasil tes. Ternyata belum ada. Dan sekitar pkl 23:00 wib saya buka kembali, ternyata sudah ada

Cinta! GILA atau ANEH?

Saat ada yang jatuh cinta Mereka tertawa bahagia Seakan dunia adalah surga Tak jarang perbuatan gila melanda Mulai bergaya ala artis Tak jarang berpose bak selebritis Foto demi foto di upload dengan wajah manis Hanya demi menarik perhatian sang pujaan hati Tapi, saat ada yang patah hati Dunia seakan tak berarti Rasanya ingin bunuh diri Atau..mati saja saat ini! Muka mengucel, badan melesuh, semangat memudar Upload status tak lebih dari cacian dan makian Atau..bak manusia yang paling tak berarti di dunia Entahlah! Hanya si empunya yang tahu betapa kacaunya ia! Ada pula cinta diam... Yang mengagumi dalam diam Mencintai dengan diam Berdo'a menyeru namanya diam-diam Ada juga cinta umbar Semua perasaan di publish bak selebritis Setiap kata dirajut menjadi kalimat paling romantis Semua wajah di edit jadi foto-foto manis ~ Lalu, pernahkah terlintas di benak anda? Tatkala jatuh cinta kepada seseorang dan merasa bahagia, sebenarnya ada perasaan wanita lain yan

Eye Level

Keputusanku untuk kembali ke medan setelah wisuda, bulat sudah. Banyak hal yang sudah difikirkan masak-masak sebelum memutuskan. Bukan gampang! Meninggalkan posisi karier yg terbilang sudah cukup lumayan dari segi apapun. Tapi setiap perjalanan harus ada pengorbanan, don't be egoistic!!! Ada banyak pertimbangan meninggalkan semua rutinitas di Jawa dan hidup entah seperti apa di Medan. Ya, itulah yang ada di benakku tatkala itu. Pertama, keluarga Kini kami hanya tinggal berempat. Ayah adalah bapak dan ibu bagi kami. Rasanya tidak tega harus meninggalkan ayah dan dua adikku setelah ditinggal pergi mama. Mengurus ini dan itu seorang diri. Membereskan segala sesuatunya sendiri. Ya sih masih ada fanny yg dibilang sudah cukup dewasa. Tapi, aku mengenal betul watak fanny dari kecil. Fanny bukan typikal orang yg care abis sama rumah. Care sih tapi gak pakai banget. Belum lagi si Raisya, masih terlalu kecil untuk harus memahami semua ini. Dia akan merasa kesepian karena hanya memiliki