Skip to main content

Lebih Dari Sekedar Harta

Sudah kebiasaan dari dulu sampai sekarang, kemana - mana saya selalu setia ditemani transportasi umum entah itu angkot, bus atau ojek yang dengan setianya juga selalu membawa saya selamat sampai di tempat tujuan. 
Pagi itu, seperti biasa perjalanan saya dari rumah ke kantor dengan seri angkot '05', saya memilih duduk di depan disamping pak supir. Jalanan pagi itu tidak terlalu hiruk pikuk, maklum saja itu adalah hari terakhir para pekerja dan penikmat sekolah (Juma't) dan 2 hari atau 1 hari kedepan weekend.

Obrolan pagi pun dibuka antara aku dan pak supir. Awalnya dia bercerita tentang kesulitannya menggunakan hp touch screen, hehehehe :-)
Dan yang lebih lucunya, tatkala aku berkata ke pak supir tersebut "HP nya touch screen ya pak? Kalau Touch screen memang gitu, lebih sensitif". Eh, si pak supir itu malah berkata, "bukan neng, ini layar sentuh". Apa bedanya touch screen sama layar sentuh? Ahahaha ~mikir keras saya :-)

Sampai akhirnya kami berganti topik dan berbincang - bincang sepanjang jalan.
Pak supir itu bertanya mau kemana tujuan saya? Ke kampus? Kerja? Atau hal lain?
Hingga akhirnya beliau bercerita tentang keluarganya. Pak supir itu memiliki 3 orang anak, anak pertamanya sudah berkeluarga, anak keduanya kerja di BIC dan anak paling kecil masih sekolah kls 2 SMP. Selesai memperkenalkan anak - anaknya, pak supir pun bercerita tentang anak keduanya yang baru diterima di salah satu pabrik di kawasan BIC. Dari raut wajah pak supir tersebut, terlihat betapa bahagianya dia melihat anaknya keterima bekerja di kawasan industri (BIC).
Selesai menceritakan profil sang anak, pak supir melanjutkan ceritanya tentang rasa syukur yang mendalam yang ingin disampaikannya kepada sang Khaliq. Pak supir tersebut merasa sangat bersyukur karena mampu menyekolahkan ketiga anaknya walau hanya sampai SMA. 
Rasa bangga terlihat jelas di raut wajah pak supir tersebut yang berkata seolah - olah, "walau hanya supir angkot, tapi dia mampu membuktikan kalau ia mampu membiayai pendidikan anak - anaknya (wajib belajar 12 tahun)" :-) ~Saya jadi terharu

Ia pun menyelesaikan cerita tentang sang anak, kali ini ia bertanya kepada saya 
"apakah saya sudah berkeluarga?" 
Sambil tersenyum manis saya bilang, "Belum Pak. Saya masih sekolah (kuliah) juga, ya..saat ini masih ingin menikmati masa - masa muda saya dulu pak".
Pak supir tersebut merespon, "Iya neng, kejar dulu saja karirnya kalau usia masih muda mah. Yang penting ingat usia saja, jangan kalap neng. Bapak juga bilang begitu sama anak - anak bapak neng. Bapak bilang, kalau sudah berkeluarga kalian (anak perempuan Pak supir) harus nurut apa kata suami. Apapun dan berapapun rezeki yang diberi suami kalian, syukuri saja. Kalau suami kalian beri uang, gunakan dengan baik - baik. Tahulah suami neng? Mana mau tahu dia cukup atau tidak yang diberinya. Nanti dibilang istrinya kurang, dia malah marah - marah.
Bapak juga bilang ke anak pertama bapak yang kebetulan perempuan. Waktu itu dia pernah beri ibunya uang neng. Bapak tanya, darimana uangmu? Karena tahu bapak dia sudah tidak lagi bekerja semenjak menikah. Anak bapak itu bilang, diberi suaminya. Langsung bapak marah - marah neng, bapak tanya ke dia uang ini atas izin suaminya tidak? Dia bilang suaminya yang nyuruh beri ke ibunya. Tapi bapak gak percaya, bapak datangi menantu bapak itu dan bapak tanya ke dia, 'benar kamu (menantunya) menyuruh memberi uang ini ke ibu?' Menantu bapak bilang iya. Nah, baru bapak percaya neng.
Anak bapak yang baru bekerja juga, kemarin waktu gajian beri ibunya uang. Bapak bilang, udah kamu gak usah repot - repot ngasih kami. Kamu pengen beli apa, belilah. Tahu sendiri, bapak mana bisa beli yang kamu mau. Jangan lupa ditabung juga uangnya. Bapak juga suka nabung neng, ya walaupun cuma seribu - dua ribu sehari. Tapi lumayanlah neng, buat persiapan anak bapak yang kecil (ketiga). Buat dia nanti mau daftar SMA neng. Kami ini orang tua neng, gak perlu anak - anak kami harus beri kami uang. Yang penting mereka bahagia saja, kami sudah cukup. Orang tua mana yang tidak bahagia kalau anaknya bahagia neng?

Tidak terasa setengah jam pun berlalu dengan cerita berharga si pak supir dan saya pun sampai di tempat. Terima kasih pak supir untuk pengalamannya, that's niece story :-)
Dari cerita pak supir, saya hanya ingin bilang :

"Kebahagiaan orang tua tidak terletak kepada berapa banyak harta yang diberi anak - anaknya, tetapi berasal dari bahagianya sang anak maka bahagialah orang tua kita"

~Semoga kita selalu bisa membuat orang tua kita bahagia ya readers :-)
See you in my next post^^

Comments

Popular posts from this blog

PLN Part 3 ~Tes Potensi Akademik (TPA) & B.Inggris

Akhirnya Tes GAT terlewati, 2 jam di ruang uzian berhasil membuat sedikit agak bernafas lega dan otot-otot serta syaraf yang tegang rileks kembali. Sebelum keluar dari ruangan, panitia sudah mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan hari itu juga paling lambat sekitar pkl 20:00 wib. Dan bagi peserta yang lanjut dapat mengikuti tes kembali besok di ruangan yang sama. Arghhh..leganya, alhamdulillah semua soal dapat saya jawab dan menyelesaikannya tepat waktu. Yah, meskipun agak sedikit ragu. Karena materi yang dikerjakan hanya sekitar 30% dari buku yang saya beli satu minggu yang lalu di Gramedia :-( Tapi wait..soal gak terlalu sulit kok, yang terpenting anda fokus dan jangan lupa berdo'a sebelum uzian :-) Selesai tes, saya shalat dulu karena belum sempat shalat zuhur tadi sebelum tes. Dan saya pulang... Sesuai arahan panitia, saya mengecek website PLN untuk mengetahui hasil tes. Ternyata belum ada. Dan sekitar pkl 23:00 wib saya buka kembali, ternyata sudah ada

Cinta! GILA atau ANEH?

Saat ada yang jatuh cinta Mereka tertawa bahagia Seakan dunia adalah surga Tak jarang perbuatan gila melanda Mulai bergaya ala artis Tak jarang berpose bak selebritis Foto demi foto di upload dengan wajah manis Hanya demi menarik perhatian sang pujaan hati Tapi, saat ada yang patah hati Dunia seakan tak berarti Rasanya ingin bunuh diri Atau..mati saja saat ini! Muka mengucel, badan melesuh, semangat memudar Upload status tak lebih dari cacian dan makian Atau..bak manusia yang paling tak berarti di dunia Entahlah! Hanya si empunya yang tahu betapa kacaunya ia! Ada pula cinta diam... Yang mengagumi dalam diam Mencintai dengan diam Berdo'a menyeru namanya diam-diam Ada juga cinta umbar Semua perasaan di publish bak selebritis Setiap kata dirajut menjadi kalimat paling romantis Semua wajah di edit jadi foto-foto manis ~ Lalu, pernahkah terlintas di benak anda? Tatkala jatuh cinta kepada seseorang dan merasa bahagia, sebenarnya ada perasaan wanita lain yan

Eye Level

Keputusanku untuk kembali ke medan setelah wisuda, bulat sudah. Banyak hal yang sudah difikirkan masak-masak sebelum memutuskan. Bukan gampang! Meninggalkan posisi karier yg terbilang sudah cukup lumayan dari segi apapun. Tapi setiap perjalanan harus ada pengorbanan, don't be egoistic!!! Ada banyak pertimbangan meninggalkan semua rutinitas di Jawa dan hidup entah seperti apa di Medan. Ya, itulah yang ada di benakku tatkala itu. Pertama, keluarga Kini kami hanya tinggal berempat. Ayah adalah bapak dan ibu bagi kami. Rasanya tidak tega harus meninggalkan ayah dan dua adikku setelah ditinggal pergi mama. Mengurus ini dan itu seorang diri. Membereskan segala sesuatunya sendiri. Ya sih masih ada fanny yg dibilang sudah cukup dewasa. Tapi, aku mengenal betul watak fanny dari kecil. Fanny bukan typikal orang yg care abis sama rumah. Care sih tapi gak pakai banget. Belum lagi si Raisya, masih terlalu kecil untuk harus memahami semua ini. Dia akan merasa kesepian karena hanya memiliki