"Ku pikir denganku menjauhkanmu dan lebih mendekat kepadaNya adalah cara Tuhan menyatukan kita, tetapi ternyata Tuhan punya rencana yang berbeda" Dari wanita yang pernah mengagumimu, kita dulu sepasang anak manusia yang tak sengaja bertemu. Lalu bertegur sapa, menjalin pertemanan dengan baik, mulai bercerita, bercanda hingga tiba-tiba ada rasa berbeda yang muncul tanpa diminta. Rasa itu membuat kita semakin dekat, semakin nyaman dengan kondisi saat itu. Namun, kala itu jarak adalah cobaan yang datang di tengah rasa. Kita memilih berjalan dan bertahan pada jarak meski masih bungkam seribu bahasa pada rasa yang kian hari kian menggelitik. Sampai pada hari itu, Hari dimana jarak mulai sedikit bersahabat. Kita tak sengaja saling menatap mata atas pertemuan singkat yang Tuhan rencanakan. Membuat seluruh anggota badan bergerak bingung dan mulut terkatup atas kata dan frasa yang sudah lama terancang di adrenalin kepala berubah membisu. Kita menjadi sepasang...
Kita bertemu karena jarak, Dipisahkan oleh jarak, Mengikhlaskan rindu pada jarak, Menyapu kenangan akan jarak. Kita lelap dan lenyap karena jarak, Belajar memaknai hidup pada jarak, Mengerti ketulusan oleh jarak, Memahami arti kedewasaan karena jarak. Kita tumbuh oleh jarak, Beranjak bijak karena jarak. Kita belajar banyak karena jarak, Mengerti arti sabar akan jarak. Kita tidak pernah meminta menunggu jarak, Tidak pernah...sedikitpun tidak. Jarak hanya sedang menikmati waktunya melihat tingkah-tingkah kita. Melihat keras kepala kita. Menertawakan rasa ego kita. Menikmati kepura-puraan kita. Kita banyak belajar dan telah belajar banyak karena jarak. Jarak sedang asyik memainkan perannya dan kita masih sibuk menikmati ritmenya. Kita adalah jarak, Jarak adalah kita.