Kemarin saya punya dua janji ya :-D
Pertama, mau nulis seputar pertama kali mutusin berjilbab dan
Kedua, ada cerita lucu di balik ceramah shalat tarawih
Nah, kita cerita yang kedua dulu yaaa. Gak nyambung sih sama judulnya, tapi ini ada hubungannya dengan tema yang kedua (cerita lucu di balik ceramah shalat tarawih)
Seperti biasa, shalat tarawih disini berbeda style nya dengan di Medan. Hmm, anggap saja ini tradisi tiap daerah :-)
Seperti yang pernah saya share di tulisan sebelumnya, kalau shalat tarawih disini setelah shalat sunnah ba'da isya dan sebelum di mulai shalat tarawih, diisi ceramah yang kira-kira memakan waktu lima belas menit. Baru kita orang shalat tarawih :-)
Nah, berhubung ini adalah daerah Jawa bagian barat yang bersuku sunda maka mereka masih kental dengan bahasa daerahnya.
Jadi, gak heran kalau imam shalat sekaligus sebagai penceramah, jika sudah berceramah susah dimengerti buat orang-orang seperti saya :-D
Mengapa???
Pasalnya, dia akan total menggunakan bahasa daerahnya :-(
Dan saya sebagai jamaah pendengar yang baik, hanya bisa mendengarkan dengan cermat dan seksama. Sambil hati berkata-kata mencoba mentranslate kan kata demi kata ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar mengerti apa yang disampaikan sang penceramah. Kalau ada kata-kata yang gak tahu, hati akan berkata "abaikan, daripada lier :-D"
Yah, ada mesin penerjemah otomatis di hati. Ketika imam berbicara, hati pun berkata-kata, begitulah bunyinya.
Pertama, mau nulis seputar pertama kali mutusin berjilbab dan
Kedua, ada cerita lucu di balik ceramah shalat tarawih
Nah, kita cerita yang kedua dulu yaaa. Gak nyambung sih sama judulnya, tapi ini ada hubungannya dengan tema yang kedua (cerita lucu di balik ceramah shalat tarawih)
Seperti biasa, shalat tarawih disini berbeda style nya dengan di Medan. Hmm, anggap saja ini tradisi tiap daerah :-)
Seperti yang pernah saya share di tulisan sebelumnya, kalau shalat tarawih disini setelah shalat sunnah ba'da isya dan sebelum di mulai shalat tarawih, diisi ceramah yang kira-kira memakan waktu lima belas menit. Baru kita orang shalat tarawih :-)
Nah, berhubung ini adalah daerah Jawa bagian barat yang bersuku sunda maka mereka masih kental dengan bahasa daerahnya.
Jadi, gak heran kalau imam shalat sekaligus sebagai penceramah, jika sudah berceramah susah dimengerti buat orang-orang seperti saya :-D
Mengapa???
Pasalnya, dia akan total menggunakan bahasa daerahnya :-(
Dan saya sebagai jamaah pendengar yang baik, hanya bisa mendengarkan dengan cermat dan seksama. Sambil hati berkata-kata mencoba mentranslate kan kata demi kata ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar mengerti apa yang disampaikan sang penceramah. Kalau ada kata-kata yang gak tahu, hati akan berkata "abaikan, daripada lier :-D"
Yah, ada mesin penerjemah otomatis di hati. Ketika imam berbicara, hati pun berkata-kata, begitulah bunyinya.
Comments
Post a Comment