Pagi ini begitu indah. Kicauan burung menemani pagi terasa lengkaplah sudah, meski diluar sana cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan yang tak kunjung reda ketika menjelang azan subuh hingga mataharipun bersembunyi di balik awan tak ingin menampakkan sinarnya.
"Hmmm, cool...". (Ucap seorang wanita yang sedang beranjak dewasa dari balik kamarnya sambil mengusap-usap rambutnya yang basah).
Namanya Arindi, lengkapnya Arindi Putri Asri. Arindi atau biasa disapa Arin adalah seorang pelajar menengah atas yang sekarang sedang duduk di bangku kelas XI.
Hari ini Arin tidak masuk sekolah karena hari libur.
"Saatnya berkemas-kemas! Jadi gak sabar nunggu besok". (Lirih Arin)
"Rin, jangan lupa sport shoesnya, jaket ntar hujan kedinginan kamu. Kaus kaki, selimut, bla,bla,bla,bla,bla". (Seru seorang wanita paruh baya dari balik kamar Airin yang tak lain tak bukan adalah Ibunya).
"Iya, iya Ma. Gak lupa kok". (Jawab Airin)
Ibu Arin adalah orang yang sangat care sama anaknya, apalagi Arin adalah satu-satunya buah hati yang dititipkan Allah SWT buatnya. Ayah Arin adalah seorang pengusaha di sebuah perusahaan minyak. Ayahnya juga sangat mencintainya.
Hampir setiap hari meskipun sibuk dengan segala aktifitasnya, ayahnya selalu menghubunginya dari selular phone miliknya.
"Allahu akbar... allahu akbar...
Allahu akbar... allahu akbar.
Asyhadu an la... illa ha illallah........"
"Hoam, sudah pagi ternyata!" (Bangun sambil mengucek-ngucek mata).
"Hore... waktunya kemping. (Berlari ke kamar mandi)
"Mama.... mama...pagi. Pagi semuanya" (Seru Arin)
"Ehem,ehem, senangnya yang mau kemping?" (Ledek Mama Arin)
"Ya, iya dong! (Sambut Arin dengan manja sambil melebarkan senyumnya)
"Sudah - sudah! Ayo sarapan, jangan saling ledek. Ntar telat lagi. (Timpal sang Ayah)
Akhirnya pembicaraan pun ditutup dengan hidangan lezat pagi itu.
Tet... tet... tet.. (suara klakson bus terdengar dari luar rumah Arin).
"Rin, bus nya sudah datang tuh! Buruan" (Seru sang Ibu)
"Iya. Ma, Yah, Arin berangkat dulu ya. Assalamualaikum" (Timpal Arin)
"Hati-hati Nak. Jangan lasak-lasak disana. Ingat pesan kami (Tambah sang Ayah dan Ibu)
"Iya... iya... Arin ingat. Dahh hhh (Tutup Arin)
Bus pun melaju melewati Jln.Cempaka Sari Komplek Permata Hijau tempat kediaman Arin dan keluarga berada. Sang Ibu terus melambaikan tangannya hingga bus tidak terlihat di pelupuk matanya lagi.
Waktu menunjukkan pukul 13:00 WIB siang, tapi Ibu Arin tidak mendapatkan kabar apapun dari Arin. HP yang sedari Arin pergi di hubungi juga tidak aktif. Sang Ibu cemas dan bahkan menelopn Ayah Arin untuk mencoba menelepon Arin atau teman-teman terdekatnya yang diketahui. Tapi tetap saja tidak ada jawaban.
Hanya Andri teman Arinlah yang bisa dihubungi saat itu. Tapi, apa mau dikata kekecewaan lah yang didapat orangtua Arin atas dialognya bersama Andri melalui telepon.
"Assalamualaikum Nak, saya Pak Sutar ayahnya Arin.Dari tadi saya mencoba menghubungi anak saya tapi kenapa gak ada jawaban ya. Saya cuma mau nanya kondisi Arin sekarang gimana?"(Tanya sang Ayah)
"Oh, iya Om. Saya kurang tahu. Karena ketika memasuki gerbang penginapan bus kita dipisah. Cewek di penginapan cewek dan cowok di penginapan cowok." (Jawab Andri)
"Oh, seperti itu ya. Apa kamu punya no teman Arin yang lain selain Delia dan Santi?
Karena saya sudah mencoba menghubungi mereka beberapa kali tapi hasilnya nihil". (Jawab sang Ayah)
"Iya Om, nanti saya sms aja no temannya. Kebetulan saya punya no temannya yang juga dekat sama dia. Namanya Eka. Nanti coba saya bantuin menghubungi dia juga Om". (Timpal Andri)
"Iya Nak, trimakasih ya". (Tutup sang Ayah sambil mengucapkan salam dan diikuti Andri demikian)
Tak lama kemudian, HP Pak Sutar berdering dan tertera di layar ponselnya. 1 Pesan dari Andri, pesan itu berisi:
"Assalamualaikum Om, ini nomornya. Eka S. 08576*******. Trimakasih, semoga bermanfaat"
Ayah Arin pun langsung menghubungi Eka dan menanyakan kondisi anaknya Arin saat ini.
Tapi, apa mau dikata. Kekecewaan dan rasa pilu yang diperoleh Pak Sutar dan Ibu Dinda atas informasi yang diperoleh dari Eka. Eka menceritakan bahwa ketika selesai mengemas barang-barang bawaan mereka kedalam kamar masing-masing. Mereka bersiap-siap untuk pergi menikmati keindahan Puncak Gunung beserta berkebun buah-buahan yang ada disana. Tetapi, ketika waktu pulang Arin bersama Delia & Santi belum kembali ditempat penginapan. Kakak pembina beserta teman-teman yang lain sudah mencoba mencari mereka dan menghubungi HP nya tapi tidak ada balasan sms ataupun telepon dari mereka. Sampai sekarang kami terus mencari mereka tapi hasilnya Nihil.
Begitu Eka memaparkan semua kejadian yang terjadi. Ibu Arin tak henti-hentinya menguraikan air matanya dan mendesak sang suami untuk berangkat ke tempat perkemahan Arin malam itu juga.
Dengan Avanza hitam mereka melaju ke Jl. Puncak Bogor menuju tempat penginapan anaknya. Sesampai disana, semuanya masih sibuk mencari Arin, Delia dan Santi hingga pagi menjelang azan subuh ketiga gadis belia ini masih tak menampakkan batang hidungnya.
Pagi pun menjelang, tapi tak ada petunjuk yang mereka dapat dari hasil pencarian mereka.
Pak Sutar, ayah Arin sudah mulai pasrah dan ikhlas atas kondisi anak mereka saat ini. Dia mempasrahkan segala sesuatunya kepada Allah swt. Lain halnya dengan sang Ibu, beliau terus menangis hingga mobil Avanza hitam itu kembali ke Jl. Cempaka Sari Komplek Permata Hijau tempat kediaman mereka.
Hingga dua minggu menjelang dan berlarut dalam kesedihan. Sang Ibunda mencoba ikhlas dan sabar atas apa yang telah ia alami. Hingga suatu malam ia bermimpi, putri semata wayangnya datang kepadanya dan menyampaikan secarik kertas ketangannya. Di kertas itu berisi sebuah surat singkat untu orang tua Arin yang berisi.
"Ayah, Mama. Airin baik-baik saja. Jangan khawatir ya, trimakasih atas kasih sayangnya selama ini."
Dengan mimpi surat singkat itu, Ibu Arin mencoba lebih tenang dan menyikapinya dengan sabar atas peristiwa yang telah dia alami.
Setiap rindu datang pada anak semata wayangnya itu, dia masuk kedalam kamar Arin dan mengambil Ipad serta memutar lagu kesayangan Arin yang selalu didendangkannya.
"Ku buka album biru, penuh debu dan usang.
Ku pandangi semua gambar diri.
Kecil bersih belum ternoda
......... ......... ........ ......... .......
......... ......... ........ ......... .......
#reff : Kata mereka diriku selalu dimanja.
Kata mereka diriku selalu ditimang."
Begitulah keindahan lagu yang menjadi faforit anak kesayangannya.
Setiap lagu yang dipopulerkan Melly Goeslaw itu dia putar, maka akan mengalir pula air mata membasahi dari pipinya.
Do'a dan harapan selalu dia panjatkan kepada Allah swt setiap menjalankan kewajibannya. Dia juga telah berusaha mencari anaknya kemana-mana dengan sekuat tenaga bersama sang suami tercinta. Tapi apa mau dikata, sang anak tak kunjung ditemukan juga.
Kesedihan kian larut ketika sang suami tercinta tutp usia di usia 65 tahun. Dia semakin sedih dan mencoba tetap tegar dan berusaha mencari anaknya kembali.
Hingga dia menumpahkan semua kepedihannya di buku diarynya.
Suara Hati Seorang Ibu
"Arin, anakku sayang. Apa kabarmu nak?
Mama kangen sekali sama kamu dan terlebih lagi Ayahmu sebelum dia kembali ke sang Pencipta.
Mama selalu masak makanan kesukannmu, menyiapkan kebutuhanmu, membereskan kamarmu dan menyetel berulang-ulang lagu kesayanganmu.
Arin anakku, apabila Mamamu dan Ayahmu ini mengecewakanmu ketika kami mendidikmu. Bicaralah sayang, katakan itu sejujurnya.
Jangan tinggalku Mama, Airin. Sudah cukup menderita Mama dengan ditinggal Ayahmu nak.
Arin, kamu sudah makan belum nak?
Kamu tinggal dimana?, sama siapa? dan bagaimana keluarga barumu itu?
Airin, pulanglah nak. Mama sayang dan kangen sekali kepadamu nak.
Setiap hari Mama berdo'a kepada Allah agar dibukakan jalan kemudahan memperoleh informasi tentangmu. Setiap hari pula Mama mencarimu nak dari mana saja, mulai dari bantuan polisi, internet, temanmu dan dari apa saja yang Mama bisa lakukan untukmu agar Mama bisa bertemu kembali denganmu nak. Tapi, mama juga belum menerima hasil apapun.
Arinnnnnn.... (Sambil mengusap lembut pipi yang telah dijatuhi butiran hujan dari matanya)
Mama kangen sekali sama kamu nak. Pulanglah sayang.... Pulanglah Arin. PULANGLAH!!!"
Comments
Post a Comment