Zaman, nampaknya mulai merubah rasa ketertarikan perhatian dan minat anak - anak pada dunia anak - anak. Kehidupan Dunia yang kian hari kian canggih, mampu melunturkan rasa tertarik anak - anak pada dunianya sendiri. Bisa kita saksikan di televisi - televisi, sudah jarang sekali bahkan hampir tidak pernah sama sekali anak - anak dikenalkan pada dunianya. Berbeda dengan zaman - zaman sebelumnya, hampir setiap stasiun TV menampilkan film - film kartun setiap harinya, tetapi kini bisa kita hitung berapa banyak stasiun TV yang menampilkan film - film kartun tersebut dengan hari - hari tertentu saja yakni hari Minggu. Jika dulu, anak - anak mengenal lagu anak - anak karena dunia anak benar - benar hidup, tetapi tidak untuk sekarang. Tidak ada lagi Joshua dengan lagu andalannya "Di obok - obok", tidak ada Tasya kecil dengan "Gembala Sapinya", tidak akan ada lagi Enno Lerian dengan "Du bi du bi dam dam" bahkan tidak pernah lagi terdengar suara khasnya Trio kwek - kwek dengan "Tante Cerewet" nya.
Modernisasi dan trendy telah merubah segalanya. Kini, tidak ada lagi perbedaan antara kehidupan anak - anak dengan kehidupan orang dewasa. Bisa kita lihat, fashion balita sekarang hampir menyerupai fashion orang - orang dewasa. Hanya saja dikemas dalam bentuk yang lebih mendominasi fashion - fashion tersebut pada kehidupan anak - anak. Berbeda dengan dulu, fashion anak - anak dulu berbeda dengan versi dewasa punya. Dulu anak - anak cenderung diberi baju kodok, pakaian kembang - kembang, full colour, lebih banyak motif boneka - boneka atau bunga - bunga. Sehingga tampak jelas perbedaan fashion antara anak - anak dengan dewasa.
Sekarang, coba anda fikirkan ada berapa banyak anak - anak yang masih mau menggunakan fashion dengan motif bunga - bunga atau boneka atau full colour?
Atau ada berapa banyak anak yang masih mau menggunakan baju dengan model kembang - kembang? #Sepertinya, bisa kita hitung dengan jari.
Anak - anak sekarang cenderung akan memilih motif baju mereka sesuai fashion yang sedang trendy - trendy nya atau lagi hits - hitsnya.
Belum lagi, dunia bermain anak - anak. Kalau dulu, anak - anak lebih sering menghabiskan free time nya untuk bermain bersama teman - temannya sehingga rasa lelah setelah belajar di sekolah - sekolah mampu menghapus penat di otak mereka dan menghidupkan semangat baru untuk belajar kembali besok. Dulu, dunia anak - anak benar - banar hidup. Tidak ada rasa canggung bermain sesama lawan jenis (pria atau wanita), karena dibayangan mereka semua adalah sama yakni teman bermain. Masih ingat dalam benakku, beberapa jenis permainan anak - anak yang sekarang sudah benar - benar vakum untuk tidak dimainkan.
Mulai dari yang jenisnya tradisional hingga yang tidak terlalu jelas asal - muasal permainan tersebut dari mana.
Permainan - permainan tersebut dimainkan secara beramai - ramai, mulai dari level yang slow --> middle --> hingga high, bahkan ada beberapa permainan yang dimainkan sambil bernyanyi bersama - sama.
Coba perhatikan lirik - lirik di bawah ini :
"Tri ala gotri nagasari...ri..ri..., leong batu leong batu katong...ng...ng..., nek gombreng mau apa, nek gombreng mau nasi. Tak lewe - lewe menjadi kodok". (Permainan yang dimainkan dengan media tanah yang digambar berbentuk lingkaran dan dibagi beberapa bagian sesuai jumlah pemain. Dimana masing - masing pemain memegang batu sebagai medianya. Para pemain saling memutari batu mereka tersebut sambil menyanyikan lirik lagu diatas. Jika lagu sudah habis, maka batu pun di hentikan dari putarannya. Batu terakhir yang berputar dan jatuh di kotak lingkaran salah satu pemain, maka dia lah yang menjadi penjaga. Sedangkan para pemain yang lain berlari menyembunyikan diri. #Permainan ini hampir sama dengan permainan petak umpet).
"Kami ini orang kaya ya oma ya aya..., kami ini orang miskin ya oma ya aya..., kami mina anak satu ya oma ya aya..., siapa namanya ya oma ya aya..., si polan namnya ya oma ya aya...". (Permainan ini dimainkan oleh dua kelompok, tiap kelompok beranggotakan 5 orang atau lebih. Sebelumnya hom pim pa terlebih dahulu, dari hasil hom pim pa tersebut yang putih akan menjadi anggota yang putih dan yang hitam akan menjadi anggota yang hitam. Kelompok yang memiliki anggota terbanyak maka dia lah yang menjadi orang kaya. Kelompok yang menjadi orang miskin akan minta anak pada orang kaya, sampai semua anggota si kaya habis dan menjadi miskin. Jika sudah miskin, dia akan kembali meminta anggotanya. Permainan ini dimainkan secara berganti - gantian *kaya --> miskin, miskin --> kaya* PS: Di beberapa daerah, istilah hom pim pa lebih di kenal dengan "uang").
"Ring sepiring...sepiring dua piring, rak seperak.. seperak dua perak, siapa namamu harus kau sebut.*sebut permintaannya dan sebut nama orang yang minta.
Contoh, si Polan minta Apel maka lirik akan dilanjuti dengan, "A, P-E = PE, L = APEL, si polan minta Apel, lama - lama menjadi Apel. #Orang yang terpilih menjadi Apel, maka ia harus keluar dari kelompok bermain. Para pemain akan terus bernyanyi sampai tinggal satu orang yang tidak terpilih dan dialah yang menjadi "penjaga", sedangkan orang - orang yang terpilih maka dialah yang menjadi "pemain". Si penjaga harus mengejar para pemain sampai dapat untuk menggantikan posisinya. Sementara si pemain, bisa menyelamatkan diri dari hasil kejaran si "penjaga" manakala ia menyebutkan nama temennya kemudian ia jongkok. (Permainan ini dimainkan oleh sekelompok orang dengan membentuk lingkaran besar yang menggunakan tangan masing - masing pemain sebagai medianya. Lirik lagu tersebut dinyanyikan sambil menepuk tangan para pemain secara bergilir).
Begitu banyak permainan anak - anak lainnya. Seperti lompat tali yang dibagi kedalam beberapa bentuk, ada lompat tali merdeka, lompat tali jepang hingga lompat tali putar. Ada engklek dengan versi engklek orang, engklek surat hingga engklek kulkas.Belum lagi petak umpet dan ada juga yang disebut dengan batalyon.Dan masih banyak lagi yang kini telah vakum dari dunia anak - anak sekarang, terutama anak - anak yang hidup di kota - kota besar.
**Nb: Di beberapa daerah "lompat tali" lebih khas dengan istilah "bermain karet", "petak umpet" lebih dikenal dengan istilah "alip berondok".
Zaman dulu, jarang sekali terjadi pemerkosaan anak di bawah umur, penculikan atau peristiwa - peristiwa anarkis lainnya yang memakan korban anak - anak. Anak - anak juga tidak mengenal kekerasan, kekejaman dan perilaku - perilaku yang tak patut lainnya. Jauh bedanya dengan anak - anak sekarang.
Anak dulu lebih mengutamakan arti dari "Bermain", anak sekarang lebih mengutamakan arti dari "Bercinta".
Anak dulu lebih memiliki rasa takut terhadap orang yang lebih tua terutama "Orang Tua", anak sekarang sudah putus urat takutnya terutama dengan "Orang tua sendiri".
Anak dulu lebih menempatkan diri mereka pada "Dunia anak - anak", anak sekarang mencoba menempatkan diri mereka pada "Dunia dewasa".
Ini baru contoh kecil dari sekian banyak fakta yang terjadi ditengah - tengah kita. Nyatanya, kecanggihan dunia yang tengah terjadi malah lebih memberi dampak buruk. Ini contoh kehidupan zaman sekarang, bagaimana dengan zaman selanjutnya???
Pesan untuk para orang tua, "Agar lebih kritis dan peka terhadap anak - anaknya, jadilah orang tua yang bijak, cerdas dan mampu menjadi sandaran untuk para anak - anaknya".
The best parents is
the wisdom parents be a friend
for their childrens**
Comments
Post a Comment