Hai...Hai...Hai... sobat bloger's...
Sudah lama kita gak posting :-D
Sepanjang perjalanan menuju kantor pagi ini, aku ingat kalau udah lama aku gak pernah nulis disini lagi. Sambil mikir - mikir di perjalanan tadi, "aku pengen posting apa ya?". Akhirnya aku dapat ide buat posting dengan judul yang biasa - biasa saja.Ahahaha.... ^___^
Ok deh sob, langsung saja ke pokok persoalan. Kali ini aku pengen posting dengan judul "Senin, identik dengan apa?"
Berbicara tentang senin maka kita berbicara tentang hari. Senin adalah hari "Saatnya kembali beraktivitas" setelah melewati hari Minggu atau yang lebih dikenal dengan istilah "weekend" atau hari "Saatnya bersantai - santai ria".
Kembali ke pokok persoalan, lalu "Senin, identik dengan apa?"
Kali ini seperti biasa sobat bloger's, ini menurut versi saya ya...
Senin itu identik dengan dua hal. Apa saja dua hal tersebut???
#Check list this!!!
Pertama,
Kalian pasti tahu cerita apa yang disajikan pada gambar diatas. Yah "Macet", adalah lima kata yang dipadu menjadi sebuah kalimat yang sudah tidak asing lagi bahkan dianggap menjadi suatu hal yang sudah melekat menjadi darah daging sebagai warga yang baik. Hehehe... ^__^
Ya iyalah, kalau gak ada macet gak seru kan??? Gak ada yang tet...tot...tet..tot...tet..tot...tet...tot... Ahahaha
Memang, bukan hari senin saja yang identik dengan macet tetapi hari lain juga. Hanya saja, kalau dilihat - lihat secara jeli hari senin macetnya jauh lebih parah dibanding hari - hari lain. Karena segala aktivitas dimulai pada hari itu. Ada yang ke kantor, ke sekolah, ke pasar, dan ke tempat - tempat lain yang harus dikunjungi pada saat itu. Apalagi, kalau hari senin itu jatuhnya tanggal muda... yo uwes bisa kamu nikmati sob gimana asyiknya itu hari. Hahaha *__*
Hanya saja, ada hal yang membuat keheranan padaku secara pribadi. Faktanya, kita sudah tahu kalau hari senin identik dengan macet, tetapi kita gak mau ikut bermacet - macetan...anehnya kita gak pernah cari siasat atau strategi bagaimana agar tidak ikut sebagai partisipan macet. Yang ada kita malah condong menyalahkan semua yang ada dihadapan kita, entah itu lampu lalu lintasnya lah, truk - truk besar, angkotan umum, becak, sepeda motor hingga polisi yang mengatur jalan pun ikut terkena imbas caci - maki kita.*Hmmm, "Geleng - geleng".
Kita juga gak mikirin nyawa lagi, yang ada di fikiran kita "Bagaimana bisa sampai di tempat tujuan tanpa kata TERLAMBAT". *Betapa egoisnya kita :-(
Mulai sekarang, manage lah waktu kita dengan baik. Ingat satu hal "Bukan waktu yang mengaturmu, tapi kamu yang mengatur waktumu sendiri dan kamu bisa kalau kamu mau".
Ok sob kita lanjut, "Senin, identik dengan apa?"
Yang kedua adalah.....
Yups, "Upacara Penaikan Bendera". Aku sendiri masih bingung kenapa upacara harus dilakukan setiap hari senin? Mungkinkah karena "senin" adalah awalnya hari memulai aktivitas?
Coba searching di Mbah google, aku gak ketemu alasan yang logis selain alasan yang sama seperti apa yang aku uraikan diatas. *Ok, lupakan...
Berbicara tentang upacara penaikan bendera, ini adalah moment yang *gak banget* buat anak - anak malas... tetapi yakinlah, kalian pasti rindu masa - masa itu tatkala sudah tidak melaksanakannya lagi, *seperti aku.
#Pengecualian, bagi yang berprofesi sebagai guru dan beberapa instansi yang tetap mengadakannya.
Karena apa? Karena kebiasaan ini hanya berlaku ketika kita masih duduk dibangku sekolah, yang anehnya ketika dibangku kuliah kenapa tidak ada ya? Padahal kan sama - sama meniti pendidikan. *Bingung :-/
Upacara Penaikan Bendera, moment - moment yang dirindukan setelah tidak lagi melaksanakannya.
Pembacaan pancasila, undang - undang dasar 1945, janji siswa, amanah dari sang pemimpin upacara, panas - panasan bersama, seragram yang lengkap dengan dasi,topi dan atribut - atribut lain, menyanyikan lagu - lagu wajib nasional dan lain sebagainya. Kini akan selalu menjadi kenangan terindah dalam lukisan hidup kita.
Tapi sayangnya, semua itu gak kita amalkan sepanjang hidup tetapi malah membiarkannya mengikuti jalannya masa. Artinya, kita ingat ketika kita berada pada masa itu dan melupakannya ketika kita tidak lagi berada pada masa itu. Coba hitung, berapa banyak bangsa Indonesia yang tidak hapal dasar negaranya sendiri (Pancasila)? Yang dengan bangga beralasan karena "Itu kan masih zaman - zamannya sekolah, kalau sekarang yah lupa..."
Alasan yang sangat memprihatinkan tetapi tidak logis untuk diucapkan. Baru dasar negara yang ditanya, belum isi pasal - pasal atau mungkin UUD 1945 yang dengan serta merta menjadi cover pada sebuah buku saku kecil yang hanya dihargai Rp 3500 *Pada masa aku SMP, sekitar antara 2005 - 2006. Atau mungkin lagu - lagu wajib nasional. Minimal, hapal lagu "Indonesia Raya" ciptaannya W.R. Supratman yang tidak pernah absen dilantunkan setiap senin tatkala menaiki bendera pusaka. Itu pun masih *Belepotan*.
Kalau difikir - fikir, dimana rasa nasionalisme kita sebagai bangsa?
Id nya saja yang "WNI", tetapi isinya "NOTHING".
Id nya saja yang "WNI", tetapi isinya "NOTHING".
Mari kita koreksi kembali diri kita dan apa yang ada di benak kita. Karena seharusnya, kita malu dengan semua itu manakala kita ditanya orang lain, atau berada di negara lain atau hal yang paling terkecil saja adalah "Manakala kita ditanya anak kita sendiri".
Ok sobat bloger's, selesai sudah tulisan ane pada pagi hari yang indah ini.
Semoga kamu - kamu bisa mengambil pesan yang ingin aku sampaikan pada tulisan tersebut.
Sampai ketemu lagi.... ^__^
Comments
Post a Comment