Welcome monday again bloger's *__^
Gak kerasa ya, udah seminggu kita lalui bulan Januari 2012 yang masih fresh ini.
Kalau dihitung-hitung bulan, hari, jam, menit hingga detik. Kita kalah cepat sama waktu sob, seolah-olah kita sudah gak mampu memanage waktu lagi, melainkan waktu yang memanage kita.
Ok, lupakan! Aku lagi gak membahas soal waktu yang datang dan berlalu begitu cepat di postingan kali ini. Hehehe... *__*
Kali ini, aku pengen share buat membuka mata hati. Gak hanya mata hati bagi kamu-kamu yang gak sengaja singgah di blog ini, tetapi terutama buat aku juga. Aku pengen share kepada kalian teman, menurut kamu-kamu semua "Apa arti dari bersyukur?". Maka aku akan temukan berbagai opini tentang pertanyaanku tersebut.
Lantas, "Seberapa seringkah kita bersyukur??? Atau ingatkah kita untuk bersyukur??? Atau mungkin, sudahkah kamu bersyukur???"
Kurasa, kalian bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut.
Sekarang, silahkan anda ambil hikmah dari cerita yang ingin ku sajikan selanjutnya.
"Ting...tong... no antrian 219 harap ke loket 3, no antrian 220 harap ke loket 4, bla...bla...bla...".
Begitulah kira-kira suara operator sebuah bank yang bertugas membantu teller atau CSO untuk mencoba memanggil nomor-nomor antrian para customernya. Mulai dari yang hanya sekedar ingin menabung, transfer, tanya-tanya atau transaksi lainnya. Pagi ini langit terlihat bersahabat, cuaca cukup cahaya tanpa ada hujan dan juga tidak terlalu panas diluar. Ruang tunggu sebuah bank yang menjadi kepercayaan masyarakat Indonesia ini pun sudah dipenuhi para customer tercinta untuk sabar menunggu nomor antrian mereka untuk dipanggil. Satu per satu customer menuju ke tempat keperluan mereka, entah itu teller atau CSO.
Tetapi,tak lama kemudian semua mata tertuju pada seorang lelaki yang kira-kira masih berusia antara 25 - 30 tahun yang sedang menuju ke bagian teller. Apa yang menarik perhatian para penunggu yang lain akan lelaki tersebut??? Yang menarik perhatian para penunggu antrian tersebut adalah semangat laki-laki itu. Tahukah kamu begitu semangatnya ia jalani hidup ini dengan keterbatasan atas apa yang ia miliki. Ia hanya mempunyai satu kaki dan satu tangan, tapi kelihatannya ia tak pernah patah arang atas apa yang ia miliki tersebut. Ia terlihat semangat dalam menjalani hidup ini dan tidak malu kepada yang lain atas keterbatasannya tersebut.
Sembari si mas teller menyapanya dengan salam khas seorang teller-teller di bank-bank, dia pun menyambutnya dengan ramah sembari menyampaikan keperluannya. Subhanallah, dengan satu kakinya itu dia coba untuk bisa berdiri agar ia bisa melihat si petugas (teller bank) tersebut. Gak lama kemudian, ia keluarkan buku tabungannya dengan satu tangan kiri yang ia miliki. Ia mencoba membuka kancing tas tersebut dengan giginya. Tak lama kemudian, si petugas menyodorkannya sebuah token (alat untuk memasukkan no pin). Nampaknya, ia ingin mengambil tabungannya. Ia kembali mencoba berdiri dengan satu kakinya itu untuk menyambar token tersebut. Setelah selesai, si mas teller tersebut memberinya sebuah kantong kertas yang sepertinya berisi uang. Ia pun mengambilnya dengan tangan kirinya dan mencoba memasukkan uang tersebut kedalam tasnya dengan satu tangannya itu.Subhanallah, pemandangan ini sungguh luar biasa.
Bayangkan, begitu banyak orang disisi kanan-kiri ruang tunggu bank, belum lagi ada satpam atau seorang OB yang berlalu lalang bertugas membantu para customer yang lain. Tetapi, ia tidak sedikitpun meminta belas kasihan orang-orang tersebut untuk membantunya. Ia berusaha sendiri dengan keterbatasannya tersebut.
Sekarang, mari kita sama-sama merenung sob. Kita yang dikasih Tuhan dua tangan lengkap jarinya, dua kaki lengkap jari dan tapaknya, bisa berjalan semau kita, bisa bertingkah sesuka hati kita, tanpa harus memikul beban seperti lelaki tersebut. Pernahkah kita untuk bersyukur? Atau seberapa sering kita ingat untuk bersyukur?
Faktanya, kita jarang sekali untuk bersyukur atas pemberian Tuhan tersebut, kita lebih banyak MENGELUH daripada BERSYUKUR atas segala apa yang telah Tuhan berikan. Kita lebih cenderung merasa TIDAK PERNAH PUAS atas pemberian Tuhan dan kita merasa begitu GENGSI untuk mengucapkan terimakasih kepada Tuhan. Sadar atau tidak, itulah kita sebagai manusia. Betapa BELAGUnya kita berjalan dimuka bumi ini, padahal semua yang kita kenakan itu hanya amanah yang dititipkan Tuhan kepada kita untuk kita jaga dengan sebaik-baiknya.Itulah sebabnya, kita tidak pernah merasa QANA'AH (CUKUP) atas pemberian Tuhan. Let us self introspection!!!
Semoga postingan kali ini, bisa membuka pikiran kita untuk sadar apa sebenarnya tugas kita sebagai umat di bumi fana ini?
Dan satu hal yang harus selalu diingat, jangan berhenti untuk bersyukur...bersyukur...dan bersyukur... *__*
Karena dengan bersyukur, akan memberikan kelapangan rezeki kepada kita.
*Terinspirasi dari seorang lelaki dengan keterbatasan fisik yang aku temui di Bank pagi ini, ketika membayar uang kuliah.
Comments
Post a Comment