"Manusia adalah makhluk sosial", yaitu makhluk yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain (tidak dapat hidup sendiri). Maka, tidak heran jika ada namanya keluarga. Ayah-Ibu dan anak-anaknya (keluarga kecil) kemudian berkembang menjadi nenek-kakek-cucu-saudara/i-keponakan-sepupu-ipar, tetangga (keluarga besar). karena sejatinya, memang manusia tidak bisa hidup sendiri (you never walk alone) ^__^.
Sebagai makhluk sosial, sudah tentu kita akan mengisi hidup antara satu manusia dengan manusia lain.
Si mampu membantu yang tidak mampu, yang kelebihan membantu yang kekurangan, yang mapan membantu yang tidak mapan, yang berkecukupan membantu yang tidak berkecukupan dan lain sebagainya.
Karena darisanalah letak keindahan hidup. #Indahnya berbagi :-)
Tapi sangat disayangkan sekali, karena masih banyak sebahagian besar dari kita yang hitung-hitungan dengan apa yang ingin kita berikan. Alhasil, harusnya kita dapat pahala malah menjadi dosa.
Saya pernah melihat kejadian ini beberapa kali bahkan sering kali jika berada di jalan-jalan besar. Jalan-jalan besar sangat khas dengan pengemis, tukang minta-minta atau pengamen. Kita bisa melihat mereka di amperan jalan, lampu merah, bis-bis dan tempat-tempat umum lainnya. Mereka melakukan aktifitas mereka hampir setiap harinya, sama seperti kita yang mungkin berstatus pelajar,pekerja atau profesi lainnya. Bedanya, jika sabtu-minggu atau mungkin minggu saja adalah hari yang menyenangkan bagi kita karena bisa liburan. Mungkin agak sedikit berbeda dengan mereka, yang mungkin masih tetap berjalan sepanjang jalan, naik dari satu bis ke bis lainnya atau mungkin pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Demi seribu,dua ribu belas kasihan dari orang-orang sekitarnya.
Kita berada di ruangan yang nyaman dan aman, sementara mereka harus melawan panasnya terik matahari. Belum lagi jika ada satpol - satpol PP yang sedang razia. Yah, begitulah petualangan hidup yang harus mereka lakoni.
Saya sedikit kecewa dengan sikap masyarakat kita dimasa sekarang. Sepertinya, apa itu Simpati atau Empati tak berarti lagi. Itu hanya sebuah tulisan-tulisan saja yang akan sering kita temukan di buku-buku.
Saya sering mendengar perkataan seperti ini jika berada ditengah-tengah pengamen, tukang minta-minta yang mengatasnamakan masjid/pesantren/perkumpulan anak yatim-piatu dsb atau pengemis.
"Alah, paling itu penipuan aja, iya.itukan bla...bla..bla...bla...bla...bla......."
Sering kali perkataan-perkataan yang tidak enak didengar di telingalah yang justrul keluar.
Biasanya yang komentar adalah mereka-mereka yang memandang sinis pada orang-orang itu. Yang lucunya lagi, udah ngasih tapi malah ikutan nimbrung komentar juga. #Hmmm, dunia..dunia..ada-ada saja umatmu :-D
Bapak/Ibu/Kakak/Abang/Mba'/Mas/adik, kalau mau kasih mereka bok yah kasih aja. Sia-sia niat baik kita kalau ternyata masih diselipi suudzan (buruk sangka). Toh, kita tidak merasa dirugikan kan?
Kalau ternyata merasa dirugikan dan keberatan mengeluarkan seperak,dua perak dari kantong anda buat mereka. Yah,diam sajalah. Gak usah berkomentar suudzan segala. Tersenyum kepada mereka lebih baik ketimbang sinis. Toh kita bisa sedekah dengan senyum gak hanya dengan uang :-)
Selamat istirahat... ^__^
"Memberi lebih baik daripada menerima. Berilah dengan keikhlasan hati bukan karena ingin dilihat orang (tangan kanan memberi, tangan kiri tidak tahu) yang malah menjadi suudzan dan mengurangi keberkahan bagi kita. Apa kita lupa, bahwa ada Tuhan yang senantiasa membalas kebaikan kita?" -CArDi-
Comments
Post a Comment