Dear Langit,
Aku tak mampu mengerti
Akan setiap tetesan air suci
Yang bergelinang membasahi pipi...
Aku tak mampu menyusun
Tiap abjad yang terangkai
Menjadi kalimat-kalimat...
Indah, sakit, bahagia, penuh luka
Mungkin sekali-sekali kecewa...
Tapi, semua skenario Tuhan
Yang harus dilakoni.
Dear Langit,
Hati memberontak tatkala mulut membisu,
Isi otak berputar tatkala semangat putus asa,
Tapi hidup terus berjalan
Meski badai besar sekalipun menerjang...
Dear Langit,
Terkadang, aku merasa hidup di temanmu "Bumi"
Terlalu naif...
Semua wajah, hasil mutilasi topeng kemunafikan
Ingin marah, argghhh...hanya membuang energi saja
Dear Langit,
Pernahkah kamu kecewa?
Atau dikecewakan?
Lebih sakit mana dengan memotong urat nadi sendiri???
Arggghh, pasti kamu tak pernah posesif layaknya manusia bumi.
Bukankah demikian?
Dear Langit,
Andai kita bisa berubah peran...
Aku menjadi kamu, kamu menjadi aku,
Aku ingin tahu apa yang kamu rasakan tatkala hujan datang?
Bahagia dan tersenyumkah?
Atau sakit dan menahan sesak tangis?
Dear Langit,
Andai saja aku menjadi pendudukmu,
Aku ingin sekali melewati setiap lapisanmu dengan pijakan lembut nan indah,
Aku ingin menari, bernyanyi, tertawa lepas tanpa penat,
Tertawa ikhlas tanpa beban,
Tapi...
Tuhan memintaku menjadi penduduk temanmu "Bumi"
Ia minta agar aku menjadi salah satu aktris atas skenario-Nya
Yang harus tetap tersenyum atas pedih,
Yang sabar atas sakit,
Yang tegar atas setiap kerikil tajam membentang,
Yang ikhlas atas setiap takdir yg tertulis
Agar kelak aku mampu bersejajar dengan para insan yang menjadi kekasih pilihan-Nya
Aku tak mampu mengerti
Akan setiap tetesan air suci
Yang bergelinang membasahi pipi...
Aku tak mampu menyusun
Tiap abjad yang terangkai
Menjadi kalimat-kalimat...
Indah, sakit, bahagia, penuh luka
Mungkin sekali-sekali kecewa...
Tapi, semua skenario Tuhan
Yang harus dilakoni.
Dear Langit,
Hati memberontak tatkala mulut membisu,
Isi otak berputar tatkala semangat putus asa,
Tapi hidup terus berjalan
Meski badai besar sekalipun menerjang...
Dear Langit,
Terkadang, aku merasa hidup di temanmu "Bumi"
Terlalu naif...
Semua wajah, hasil mutilasi topeng kemunafikan
Ingin marah, argghhh...hanya membuang energi saja
Dear Langit,
Pernahkah kamu kecewa?
Atau dikecewakan?
Lebih sakit mana dengan memotong urat nadi sendiri???
Arggghh, pasti kamu tak pernah posesif layaknya manusia bumi.
Bukankah demikian?
Dear Langit,
Andai kita bisa berubah peran...
Aku menjadi kamu, kamu menjadi aku,
Aku ingin tahu apa yang kamu rasakan tatkala hujan datang?
Bahagia dan tersenyumkah?
Atau sakit dan menahan sesak tangis?
Dear Langit,
Andai saja aku menjadi pendudukmu,
Aku ingin sekali melewati setiap lapisanmu dengan pijakan lembut nan indah,
Aku ingin menari, bernyanyi, tertawa lepas tanpa penat,
Tertawa ikhlas tanpa beban,
Tapi...
Tuhan memintaku menjadi penduduk temanmu "Bumi"
Ia minta agar aku menjadi salah satu aktris atas skenario-Nya
Yang harus tetap tersenyum atas pedih,
Yang sabar atas sakit,
Yang tegar atas setiap kerikil tajam membentang,
Yang ikhlas atas setiap takdir yg tertulis
Agar kelak aku mampu bersejajar dengan para insan yang menjadi kekasih pilihan-Nya
#My world...
Comments
Post a Comment