Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, politisasi adalah hal membuat keadaan (perbuatan, gagasan dan sebagainya) bersifat politis. Politis sendiri berarti bersifat politik atau hal-hal yang bersangkutan dengan politik. Sedangkan politik adalah segala urusan dan tindakan mengenai Pemerintah Negara.
"Politik", yah biasanya kata ini identik dengan kata 'State Officials'. Entah itu berbicara tentang partai, kader atau kroni-kroninya :-)
Umumnya, 'Politik' adalah tema yang menarik untuk dibahas kapanpun dan dimanapun dari berbagai jenis gender dan tidak pandang umur. Sepertinya 7 huruf tersebut acap kali sudah menjadi bagian dari hidup.
Actually, 'Politik' adalah menu hangat yang dibicarakan apalagi menyambut pemilu tiba. Entah itu bercerita tentang background para calon atau masa kepemimpinan pemimpin sebelumnya hingga lengser dengan cara yang baik atau cara yang tragis, sudah menjadi konsumsi publik yang dijadikan menu harian.
Bahkan tak pandang segmen, bukan hanya orang dewasa yang mengerti politik, kawula muda bahkan anak-anak yang tak tahu menahu makna 'politik' sebenarnya ikut ambil peran dalam berbagi obrolan.
Tatkala pemilu tiba, semua pasang mata dihadapkan pada para figur dengan berbagai macam background melalui gelar yang mereka banggakan. Visi demi visi bahkan misi di promosikan dimana-mana. Dari baleho, spanduk, kartu nama bahkan sticker di tempel di mana-mana, dibagi dimana-mana. Belum lagi jika sang calon adalah seorang pebisnis, maka media elektronik pun dimanfaatkan. Mulai televisi bahkan Sosial Media dijadikan ajang tempat promosi iklan-iklan mereka.
Kini stasiun TV itu dijadikan politisasi bagi eksmud2 tersebut untuk sekedar mempromosikan diri atau ada niat terselubung dari iklan yang disampaikan?
Entahlah, konsumen TV nyatanya lebih pintar menilai setiap tayangan yang disajikan. Entah itu hanya sebatas iklan 'promosi' numpang lewat atau obrolan santai yang dibalut ajang promosi yang dikenal dengan istilah "one hour closer".
Sayangnya, stasiun TV itu kini mengambil alih peran lebih besar untuk saling membanggakan empunya dan untuk saling mengunggulkan empunya. Lewat iklan yang mereka tayangkan, berbagi rezeki yang dibalut promosi (KUIS) atau one hour closer untuk sebuah ajang kampanye diri.
Jika sudah seperti ini, objektivitas diunggulkan keberadaannya atau diragukan kebenarannya???
"Coz in fact, TV station just for a show politicization to the actors who try to be politician without politics background"
"Politik", yah biasanya kata ini identik dengan kata 'State Officials'. Entah itu berbicara tentang partai, kader atau kroni-kroninya :-)
Umumnya, 'Politik' adalah tema yang menarik untuk dibahas kapanpun dan dimanapun dari berbagai jenis gender dan tidak pandang umur. Sepertinya 7 huruf tersebut acap kali sudah menjadi bagian dari hidup.
Actually, 'Politik' adalah menu hangat yang dibicarakan apalagi menyambut pemilu tiba. Entah itu bercerita tentang background para calon atau masa kepemimpinan pemimpin sebelumnya hingga lengser dengan cara yang baik atau cara yang tragis, sudah menjadi konsumsi publik yang dijadikan menu harian.
Bahkan tak pandang segmen, bukan hanya orang dewasa yang mengerti politik, kawula muda bahkan anak-anak yang tak tahu menahu makna 'politik' sebenarnya ikut ambil peran dalam berbagi obrolan.
Tatkala pemilu tiba, semua pasang mata dihadapkan pada para figur dengan berbagai macam background melalui gelar yang mereka banggakan. Visi demi visi bahkan misi di promosikan dimana-mana. Dari baleho, spanduk, kartu nama bahkan sticker di tempel di mana-mana, dibagi dimana-mana. Belum lagi jika sang calon adalah seorang pebisnis, maka media elektronik pun dimanfaatkan. Mulai televisi bahkan Sosial Media dijadikan ajang tempat promosi iklan-iklan mereka.
Kini stasiun TV itu dijadikan politisasi bagi eksmud2 tersebut untuk sekedar mempromosikan diri atau ada niat terselubung dari iklan yang disampaikan?
Entahlah, konsumen TV nyatanya lebih pintar menilai setiap tayangan yang disajikan. Entah itu hanya sebatas iklan 'promosi' numpang lewat atau obrolan santai yang dibalut ajang promosi yang dikenal dengan istilah "one hour closer".
Sayangnya, stasiun TV itu kini mengambil alih peran lebih besar untuk saling membanggakan empunya dan untuk saling mengunggulkan empunya. Lewat iklan yang mereka tayangkan, berbagi rezeki yang dibalut promosi (KUIS) atau one hour closer untuk sebuah ajang kampanye diri.
Jika sudah seperti ini, objektivitas diunggulkan keberadaannya atau diragukan kebenarannya???
"Coz in fact, TV station just for a show politicization to the actors who try to be politician without politics background"
Comments
Post a Comment