Hello March,
Saya pernah punya kisah yang akan selalu saya kenang selama hidup di bulan anda...
Bulan yang penuh kecemasan, kepanikan, kesedihan, kehilangan, rasa rindu yg terus menggelora diam-diam saat ini. Dan...entah perasaan apa lagi yang tidak bisa saya tukar dalam bentuk tulisan :-(
Hello March...
Tetapi bulan anda juga yang mengajarkan saya arti kesabaran, ketulusan, keikhlasan dan kebijaksanaan. Walau saya harus memutar otak 1000 kali untuk memaknai perjalanan hidup di bulanmu. Ya..March, your mounth make me growth up be a really woman^^
Hello March,
Satu tahun lalu, Tuhan meminta saya untuk hidup jauh lebih mandiri dari apa arti mandiri yang saya ketahui sebelumnya. Tuhan meminta saya untuk hidup jauh lebih dewasa dari arti kedewasaan yg saya pahami. Dan satu tahun yang lalu, Tuhan meminta saya untuk memaknai apa arti "pengorbanan" yang sebenarnya dari kata "pengorbanan" yang saya kenal.
Dan satu hal yang paling penting, Tuhan mengajarkan bagaimana bentuk kesabaran seorang ibu yg mrngasuh anak-anaknya dari sejak di kandungan hingga tumbuh menjadi dewasa.
Ya...karena satu tahun lalu (22 Maret 2014), Tuhan memanggil ibu saya untuk kembali kepadaNya :-((
Dan saya harus belajar bagaimana hidup tanpa seorang ibu :-(
Kau tahu ibu?
Wanita yg kau sebut "Mama, Mamak, Mamah atau Ibu" adalah teman, sahabat, orang tua yg selalu paham apapun kondisi anaknya. Tanpa sang anak harus banyak berkata, baik di dekatnya ataupun dari kejauhan.
Kau tahu Ibu?
Wanita yg selalu setia mendo'akanmu dalam setiap sujudnya, dimana kau mungkin lupa mendoakannya dalam setiap sujudmu karena terlena dengan dunia.
Kau tahu Ibu?
Sedekat-dekatnya seorang anak dengan sang ayah, sang anak tak akan lebih banyak berkata ini itu kepada ayahnya sebagaimana ia berbincang dengan ibunya.
Kau tahu ibu?
Seberapa banyak teman yg kau miliki, ketika sulit dan sedih...ibumulah yg kau cari bukan temanmu.
Ya itulah ibu,
Wanita istimewa yang selalu punya makna penting bagi hidup anak-anaknya.
Dan ketika ditinggalkan Ibu rasanya, argh...Tuhanlah yang tahu :-((
Hello March,
Kisahku dan Ibu yang kusebut "mama" berawal di minggu pertama di bulanmu.
6 Maret 2014,
Kepulanganku kembali ke Medan (rumah orang tua) setelah 7 bulan yg lalu aku baru balik ke rumah (lebaran 2013). Aku seorang perantau di Pulau Jawa sejak selesai SMA. Itulah sebabnya aku ke Medan hanya 1 tahun sekali.
Dan kini aku pulang...
Aku pulang setelah mendapat kabar mama terbaring lemah di ruang ICU sudah tiga hari. :-(
10 Maret 2014,
5 hari di Medan, aku gak pernah meletakkan kaki di rumah. Bercanda gurau sebagaimana setiap aku sampai di rumah. Pakaianku pun tidak ku ganti-ganti sejak dari awal tiba di Medan. Wajahku kusam, pikiranku kalang kabut, makanpun aku tidak tentu bahkan aku lupa bagaimana rasanya makanan. Tidurku tidak pernah nyenyak, air mataku rasanya pengen tumpah ruah tapi aku paksa menyekanya agar tidak tumpah. Yang aku hanya bisa lakukan saat itu, mendiamkan diriku di mushalla rumah sakit, mengaji, shalat, berdoa sambil menangis. Aku mengadu kepadaNya. Ya, aku cuma bisa curhat kepadaNya.
Hari itu sudah 10 hari mama di ruang ICU dan tak pernah ada perubahan. Akhirnya dokter dan tim medisnya mengambil keputusan untuk mencuci darah mama karena hasil penelitian lab menunjukkan mama gagal ginjal.
Hari itu, aku menghadap dokter dan para timnya seorang diri. Bapakku kerja, sementara fanny selalu takut berhubungan dengan yg namanya dokter dan peralatannya.
Hingga tamu sore itu (Fikri dan Uke, teman SMA ku) aku cuekin begitu saja. Karena aku harus berlari di setiap koridor rumah sakit. Menuju satu ruangan ke ruangan selanjutnya.
Arghhh..Tuhan, uzianmu terlalu berat. Rasanya aku pengen nyerah :-( *Hanya itu kalimat yg terlintas di otakku ketika aku down :-((
Ruangan cuci darah itu sungguh menyeramkan...
Rasanya sakit sekali melihat mama diperlakukan seperti itu (jarum suntik, selang di sekitar tubuhnya). Belum lagi, beliau menggigil, menjerit kesakitan, menangis serba salah tubuhnya mau diposisikan seperti apa enaknya dan hal lainnya. Untunglah perawat di ruang itu baik-baik, mama diajak bercanda, ketawa-ketawa. Sehingga ia tidak stress kali dengan kondisinya saat itu.
Hari itu juga adalah hari pertama mama dipindahkan dari ruang ICU ke ruang perawatan pasien. Mama mulai segar, bisa menggerakkan tubuhnya. Cuma dia selalu mengeluh sakit di setiap tubuhnya. Baru berbaring tidur, minta di dudukkan. Gak sampai 5 menit duduk, minta dibaringkan. Bahkan mama seperti orang gelagapan yg susahnya untuk bernafas. Dibantu oksigen, tidak sampai 1 menit minta dibuka, dibuka lagi gak bisa bernafas, dipasang lagi..begitu lagi. Belum lagi, malam mama tidak pernah bisa tidur. Semua bersalahan, hobinya ngigau, teriak2 manggilin nama orang tuanya yg udah meninggal. Yah...satu minggu kami lewati di ruang perawatan seperti itu setelah mama benar-benar diizinkan dokter untuk pulang.
17 Maret 2014,
Alhamdulillah....mama boleh pulang.
Mama tidak ingin pulang ke rumah, karena mama hanya punya satu adik wanita yg punya anak masih kecil-kecil. Mama takut kalau terjadi apa2 di rumah, tidak ada yg membantunya. Makanya kami putuskan tinggal di rumah adik mama sampai kondisi mama benar-benar pulih total.
Tapi apa yg terjadi?
Mama tidak bisa membuka kedua matanya dan kedua kakinya pun susah untuk digerakkan. Seperti orang buta dan pincang. Setiap malam mama tidak pernah bisa tidur, dia minta makan, minta ke kamar mandi, bahkan ngigau duduk sambil bicara sendiri. Sebentar-sebentar mama bertanya "ini jam berapa?". Selalu itu pertanyaan yg mama keluarkan. Sedih sekali melihatnya, mama yg aku kenal aktif di kegiatan sosial lingkungan di rumah, rajin setiap pagi selalu membereskan halaman, merumputlah, buat parit lah, apalah. Tiba2 terbaring lemah bahkan tak berdaya lagi untuk apa2. :-((
21 - 22 Maret 2014
Inilah puncaknya...
Sore hari teman bermain mama semasa kecil dulu datang menjenguknya. Kami yg menghubungi bu eni (namanya), karena dari mama tinggal di rumah adiknya selalu bertanya buk eni.
Ketika bu eni datang, mama hanya tunduk, sekali2 minta dikusukkan, diajak bercanda bahkan tertawa, mama hanya diam, tunduk dan sekali2 mengeluarkan air mata (menangis). Jika ditanya mengapa menangis? Mama hanya diam dan menyeka air matanya yg jatuh.
Sebentar2 mama minta aku pangku kepalanya seperti anak kecil yg meletakkan kepalanya di paha sang ibu untuk bermanja2. Aku memangku kepalanya seharian itu, mengajaknya bernyanyi, mengaji, walau yg kudapati hanya diam nya mama.
Malam hari ketika maghrib, teman akrab SMA mama datang. Mereka menjenguk mama, mengajak mama bercerita, tertawa, bertanya apa keluhan mama. Tp mama hanya diam, tunduk dan menyeka air matanya yg jatuh. Ketika ditanya, kenapa menangis? Dan apa yg sakit? Lagi-lagi mama hanya diam dan menangis. Tidak lama kemudian baru mama berkata kepada teman2nya, "do'akan aku ya woi". Kemudian tunduk lagi...
Tepat pkl 19:00 wib, ketika kami sholat maghrib. Tiba2 lampu mati, ibuk ku panik dan mencari penyebab lampu mati. Apakah ada yg konslet atau ada apa? Gak sampai 5 menit, lampu tiba2 menyala kembali.
Posisi mama sudah berbeda, mata mama memandangi dinding sebelah kanan dengan bercucuran air mata. Melihat adik mama teriak2, aku panik dan langsung merapikan tempat shalatku dan mengahmpiri mama. Mama sudah tidak dengar lagi ketika kami panggil, dia hanya mengerang kesakitan sambil melihat dinding sebelah kanan. Aku fikir, malaikat maut sedang menyapanya saat itu.
Lalu, setelah satu jam setelah dibaca ayat2 al quran mama mulai melepaskan pandangannya dan minta digantikan pampersnya. Mungkin sudah basah sehingga beliau risih. Aku pun menggantinya dengan dibantu ibukku yg memasang kain untuk menutupinya. Setelah bersih, mama bertanya "Fanny mana?" Bilangin adikku yg nomor dua yg saat itu sedang bekerja dan baru pulang pkl 22:00 wib.
Entah bisikan hati kecil mana yg mendorongku menjawab pertanyaan mama itu dengan jawaban "fanny lagi dijemput Bapak. Tunggu fanny ya ma".
Lalu mama menganggukkan kepalanya seraya mendengar perkataanku.
Pkl 21:00 wib
Fanny dan bapak serta raisya sampai di rumah ibukku, mama mulai bersikap seperti posisi pertama. Memandang ke sebelah kanan sambil mengerang sakit. Sanak saudaranya sudah berdatangan sambil menangisi, menegur, mendoakan. Tp mama tidak bisa berbuat apa2 lagi selain hanya mengadap ke dinding sebelah kanan sambil kesakitan. Ku rasa malaikat maut mulai mendekatinya dan mereka berbincang entah apa..aku gak tahu.
Aku berada di kuping sebelah kiri mama, fanny di sebelah kanan dan bapak diantara kami (pertengahan). Kami bertiga terus mengumandangkan ayat2Nya.
Melihat reaksi mama...argh...rasanya sakit sekali ketika sang malaikat maut datang. Kami terus menuntun mama alhamdulillah mama mengikuti tuntunan kami sebisanya.
Hingga tepat tgl 22 Maret 2014, pkl 01:05. Setelah mama menghembuskan 3 x nafasnya, hembusan terakhir mama memejamkan mata dan jantung berdetak berhenti seketika.
Ya, mama sudah kembali kepada Allah swt...memenuhi janjinya meninggalkan dunia di usia 48 tahun. Air mata mereka semua pecah, termasuk bapakku.
Aku?
Aku gak tahu harus gimana saat itu. Ingin menangis, air mataku gak mampu menetes, dadaku rasanya plong tanpa ada rasa sakit bahkan menyesal. Apa ini karena 3minggu aku yg merawat beliau? Di akhir hidupnya, aku juga yg menuntun beliau. Entahlah, yg aku tahi aku tidak bisa menangis saat itu. Aku diberi kekuatan ileh Allah swt untuk menghadapi hari itu :-((
Selamat jalan mama...
Do'a kami selalu menyertaimu :-)
Mama gak akan pernah terganti oleh siapapun. Mama tetaplah mama kami sampai kapanpun :-(( ~Alfatiha
Comments
Post a Comment