Pagi blogers... masih semangat kan baca tulisan saya? *perasaan ada yg baca :-D
Semangat dong! Hahaha :-)
Melihat siaran di TV yg masih booming tentang film "Ainun & Habibie", saya terinspirasi menulis hari ini :-)
Kita gak bicara masalah politik nya, tetapi kita akan share masalah percintaan mereka.
By the way, udah pada nonton filmnya kan? Kalau udah nonton, udah tahu dong ceritanya ^__^
Kalau belum, ada sinopsisnya di SINI
Setelah melihat film itu, saya pikir film ini cukup bagus untuk dijadikan contoh untuk anak-anak masa sekarang. Banyak pesan moral yg begitu baik untuk dicontoh. Melihat film tersebut, pernahkah terlintas dalam benak anda atau sekedar berpikir "Pesan apa yg ingin disampaikan dalam percintaan Pak Habibie & Ibu Ainun?".
Setelah mendekam dalam bioskop yg memakan waktu saya hampir dua jam setengah untuk menikmatinya, dengan ending bercucuran air mata para penontonnya, hehehe... Saya menyadari begitu indah kisah percintaan Pak Habibie & Ibu Ainun ini. Asli dan tanpa rekayasa. Beliau bercerita tentang masa pertemanan mereka, kemudian berpisah demi cita-cita masing-masing dan akhirnya kembali lagi dan berujung dengan Ibu Ainun menjadi istri Pak Habibie. Tidak ada romantis-romantisnya film ini, karena tidak ada cerita semasa mereka pacaran (Read: Mereka tidak pernah pacaran, tetapi menikah)
Atau seperti adegan ciuman yg hampir ditontonkan pada seluruh film di stasiun TV tanpa batasan umur sekarang ini, maupun adegan-adegan yg gak seharusnya ditampilkan. Tetapi walaupun demikian, film ini begitu romantis bagi para penontonnya. Kenapa? Karena kisah cinta mereka yg penuh energi positif mampu memberikan energi lain kepada para penontonnya, sehingga tanpa disadari ada yg menangis (Read: rata-rata kaum wanita. Hehehe ) ada juga yg punya harapan besar, seperti statement :
Wanita : "Seandainya saya punya pacar atau suami layaknya Pak Habibie"
Pria : "Coba saja pacar saya atau istri saya adalah Ibu Ainun"
Satement-statement tersebut adalah statement positif yg mengalir terucap secara tiba-tiba tanpa disadari. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Karena masa-masa sekarang ini menemukan sosok layaknya Pak Habibie atau Ibu Ainun sangat-sangat sulit, kalaupun ada hanya 1% dari 99% penghuni muka bumi ini. Tetapi mereka ada, siapa???
Ibu dan Bapak (orang tua) kita sendiri, mereka adalah cerminan contoh percintaan masa lalu. Karena mereka hidup di jaman Pak Habibie & Ibu Ainun.
Coba sekali-sekali kalian bertanya kepada mereka di waktu senggang, untuk menceritakan bagaimana kisah cinta mereka sebelum akhirnya menikah dan melahirkan anak-anak seperti anda, saya atau kita semua. Mereka tidak akan segan-segan untuk bercerita sejarah percintaan mereka, mereka tidak malu bahkan ada rasa takut ketika berbagi ceritanya. Dan ketika bercerita, mereka akan tersenyum simpul bahkan tertawa karena ingat begitu romantis dan bahagianya sejarah percintaan itu. Inilah yg membuat awet hubungan mereka hingga anak-cucu dan hanya kematian yg memisahkan.
Sekarang, coba anda amati dengan "kisah percintaan anak sekarang"? Saya tidak akan berbicara lebih mendetail, karena saya pikir setiap orang punya cara berpikir berbeda. Saya begitu prihatin dengan anak-anak sekarang, mengapa? Karena melihat ketika PERNIKAHAN yg jelas-jelas sesuatu yg sakral dianggap "bukan apa-apa (bahkan tidak sakral)". Buruk-buruknya, "jika sudah tidak ada kecocokan lagi, kan bisa bercerai?" Inilah yg saya amati di masa sekarang, seperti "masa perkenalan saja (orang2 mengatakan 'masa pacaran'). Dimana suatu waktu sudah tidak ada kecocokan, maka "putus" lah jalan keluar terbaik. Kalau masa pacaran sih bukan masalah, karena tidak ada ikatan yg resmi bahkan perjanjian dengan Tuhan. Tetapi, jika sudah memutuskan untuk menikah???
Belum lagi kasus-kasus MBA dimana-dimana, yg memutuskan mau tidak mau harus "menikah". Setelah menikah, hanya bertahan 1 tahun bahkan ada yg hitungan bulan 'selesai' alias bercerai. Ini benar-benar miris. Saya pernah dengar teman saya bilang, "Anak-anak aja udah punya anak (sambil nunjuk anak gadis yg gendong anak)". Saya sempat bingung maksudnya apa? Setelah ngobrol panjang lebar, ternyata anak gadis itu masih SMA tetapi harus menamatkan SMA nya lebih cepat (Read! belum selesai) karena kasus MBA. *Kasihan sekali dia :-(
Belum lagi accident-accident lain yg menyebabkan begitu banyak anak-anak belia disekitar kita (15 - 23 thn) berstatus IRT atau Pernah menikah.
Nah kalau sudah seperti itu, "sejarah percintaan seperti apa yg ingin mereka bagi buat orang-orang banyak?" Jangankan untuk orang banyak, untuk anak-cucunya saja mungkin mereka tidak akan pernah bercerita. Karena malu telah mengukir sejarah yg tak harus dipublish.
Ini benar-benar bertolak belakang dengan kisah cinta Ibu Ainun & Pak Habibie, yg begitu bangganya Pak Habibie menceritakan kisah percintaan mereka bukan hanya kepada anak-cucunya tetapi juga semua insan di muka bumi ini. Yg berhasil menghipnotis para penonton dan begitu dikagum-kagumi (terbukti, cerita ini masih rame dibicarakan).
Kisah cinta Pak Habibie & Ibu Ainun pantas dinobatkan sebagai "sejarah".
Lantas, bagaimana dengan kisah cinta dijaman sekarang? *Anda bisa jawab sendiri.
-CINTA romantis, indah dan begitu menakjubkan adalah CINTA yg mampu mengukir sebuah sejarah untuk dibagi kepada siapapun. Sedangkan CINTA celaka adalah CINTA yg tak mampu mengukir sejarah- CArDi
-Kisah cinta penuh sejarah lebih dibutuhkan daripada kisah cinta buta- CArDi
Semangat dong! Hahaha :-)
Melihat siaran di TV yg masih booming tentang film "Ainun & Habibie", saya terinspirasi menulis hari ini :-)
Kita gak bicara masalah politik nya, tetapi kita akan share masalah percintaan mereka.
By the way, udah pada nonton filmnya kan? Kalau udah nonton, udah tahu dong ceritanya ^__^
Kalau belum, ada sinopsisnya di SINI
Setelah melihat film itu, saya pikir film ini cukup bagus untuk dijadikan contoh untuk anak-anak masa sekarang. Banyak pesan moral yg begitu baik untuk dicontoh. Melihat film tersebut, pernahkah terlintas dalam benak anda atau sekedar berpikir "Pesan apa yg ingin disampaikan dalam percintaan Pak Habibie & Ibu Ainun?".
Setelah mendekam dalam bioskop yg memakan waktu saya hampir dua jam setengah untuk menikmatinya, dengan ending bercucuran air mata para penontonnya, hehehe... Saya menyadari begitu indah kisah percintaan Pak Habibie & Ibu Ainun ini. Asli dan tanpa rekayasa. Beliau bercerita tentang masa pertemanan mereka, kemudian berpisah demi cita-cita masing-masing dan akhirnya kembali lagi dan berujung dengan Ibu Ainun menjadi istri Pak Habibie. Tidak ada romantis-romantisnya film ini, karena tidak ada cerita semasa mereka pacaran (Read: Mereka tidak pernah pacaran, tetapi menikah)
Atau seperti adegan ciuman yg hampir ditontonkan pada seluruh film di stasiun TV tanpa batasan umur sekarang ini, maupun adegan-adegan yg gak seharusnya ditampilkan. Tetapi walaupun demikian, film ini begitu romantis bagi para penontonnya. Kenapa? Karena kisah cinta mereka yg penuh energi positif mampu memberikan energi lain kepada para penontonnya, sehingga tanpa disadari ada yg menangis (Read: rata-rata kaum wanita. Hehehe ) ada juga yg punya harapan besar, seperti statement :
Wanita : "Seandainya saya punya pacar atau suami layaknya Pak Habibie"
Pria : "Coba saja pacar saya atau istri saya adalah Ibu Ainun"
Satement-statement tersebut adalah statement positif yg mengalir terucap secara tiba-tiba tanpa disadari. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Karena masa-masa sekarang ini menemukan sosok layaknya Pak Habibie atau Ibu Ainun sangat-sangat sulit, kalaupun ada hanya 1% dari 99% penghuni muka bumi ini. Tetapi mereka ada, siapa???
Ibu dan Bapak (orang tua) kita sendiri, mereka adalah cerminan contoh percintaan masa lalu. Karena mereka hidup di jaman Pak Habibie & Ibu Ainun.
Coba sekali-sekali kalian bertanya kepada mereka di waktu senggang, untuk menceritakan bagaimana kisah cinta mereka sebelum akhirnya menikah dan melahirkan anak-anak seperti anda, saya atau kita semua. Mereka tidak akan segan-segan untuk bercerita sejarah percintaan mereka, mereka tidak malu bahkan ada rasa takut ketika berbagi ceritanya. Dan ketika bercerita, mereka akan tersenyum simpul bahkan tertawa karena ingat begitu romantis dan bahagianya sejarah percintaan itu. Inilah yg membuat awet hubungan mereka hingga anak-cucu dan hanya kematian yg memisahkan.
Sekarang, coba anda amati dengan "kisah percintaan anak sekarang"? Saya tidak akan berbicara lebih mendetail, karena saya pikir setiap orang punya cara berpikir berbeda. Saya begitu prihatin dengan anak-anak sekarang, mengapa? Karena melihat ketika PERNIKAHAN yg jelas-jelas sesuatu yg sakral dianggap "bukan apa-apa (bahkan tidak sakral)". Buruk-buruknya, "jika sudah tidak ada kecocokan lagi, kan bisa bercerai?" Inilah yg saya amati di masa sekarang, seperti "masa perkenalan saja (orang2 mengatakan 'masa pacaran'). Dimana suatu waktu sudah tidak ada kecocokan, maka "putus" lah jalan keluar terbaik. Kalau masa pacaran sih bukan masalah, karena tidak ada ikatan yg resmi bahkan perjanjian dengan Tuhan. Tetapi, jika sudah memutuskan untuk menikah???
Belum lagi kasus-kasus MBA dimana-dimana, yg memutuskan mau tidak mau harus "menikah". Setelah menikah, hanya bertahan 1 tahun bahkan ada yg hitungan bulan 'selesai' alias bercerai. Ini benar-benar miris. Saya pernah dengar teman saya bilang, "Anak-anak aja udah punya anak (sambil nunjuk anak gadis yg gendong anak)". Saya sempat bingung maksudnya apa? Setelah ngobrol panjang lebar, ternyata anak gadis itu masih SMA tetapi harus menamatkan SMA nya lebih cepat (Read! belum selesai) karena kasus MBA. *Kasihan sekali dia :-(
Belum lagi accident-accident lain yg menyebabkan begitu banyak anak-anak belia disekitar kita (15 - 23 thn) berstatus IRT atau Pernah menikah.
Nah kalau sudah seperti itu, "sejarah percintaan seperti apa yg ingin mereka bagi buat orang-orang banyak?" Jangankan untuk orang banyak, untuk anak-cucunya saja mungkin mereka tidak akan pernah bercerita. Karena malu telah mengukir sejarah yg tak harus dipublish.
Ini benar-benar bertolak belakang dengan kisah cinta Ibu Ainun & Pak Habibie, yg begitu bangganya Pak Habibie menceritakan kisah percintaan mereka bukan hanya kepada anak-cucunya tetapi juga semua insan di muka bumi ini. Yg berhasil menghipnotis para penonton dan begitu dikagum-kagumi (terbukti, cerita ini masih rame dibicarakan).
Kisah cinta Pak Habibie & Ibu Ainun pantas dinobatkan sebagai "sejarah".
Lantas, bagaimana dengan kisah cinta dijaman sekarang? *Anda bisa jawab sendiri.
-CINTA romantis, indah dan begitu menakjubkan adalah CINTA yg mampu mengukir sebuah sejarah untuk dibagi kepada siapapun. Sedangkan CINTA celaka adalah CINTA yg tak mampu mengukir sejarah- CArDi
-Kisah cinta penuh sejarah lebih dibutuhkan daripada kisah cinta buta- CArDi
Comments
Post a Comment