Dear Langit, Aku tak mampu mengerti Akan setiap tetesan air suci Yang bergelinang membasahi pipi... Aku tak mampu menyusun Tiap abjad yang terangkai Menjadi kalimat-kalimat... Indah, sakit, bahagia, penuh luka Mungkin sekali-sekali kecewa... Tapi, semua skenario Tuhan Yang harus dilakoni. Dear Langit, Hati memberontak tatkala mulut membisu, Isi otak berputar tatkala semangat putus asa, Tapi hidup terus berjalan Meski badai besar sekalipun menerjang... Dear Langit, Terkadang, aku merasa hidup di temanmu "Bumi" Terlalu naif... Semua wajah, hasil mutilasi topeng kemunafikan Ingin marah, argghhh...hanya membuang energi saja Dear Langit, Pernahkah kamu kecewa? Atau dikecewakan? Lebih sakit mana dengan memotong urat nadi sendiri??? Arggghh, pasti kamu tak pernah posesif layaknya manusia bumi. Bukankah demikian? Dear Langit, Andai kita bisa berubah peran... Aku menjadi kamu, kamu menjadi aku, Aku ingin tahu apa yang kamu rasakan tatkala huj...
"Jika tulisan membuatmu mengenal siapa dirimu dengan baik, maka menulislah..."