Skip to main content

EkoPilogi

Sambil ditemenin musik yang bersenandung mellow, aku pengen berbagi tentang EkoPilogi. Apakah kamu tahu apa itu “EkoPilogi”, sob? Sebenarnya tulisan kali ini dikhususkan buat wanita-wanita, karena mereka yang berperan besar dalam hal ini. Hmm, bukan berarti para pria tidak boleh membacanya ya? Hehe….
Well, “EkoPilogi” hanyalah sebuah kalimat yang aku persingkat dari dua padanan kata. Kenapa disingkat? Supaya mudah mengingatnya, hehe…  “EkoPilogi” adalah singkatan kata dari ‘Ekonomi – Psikologi’, lalu kenapa wanita yang sangat berperan besar dalam dua ilmu ini? Jawabannya, karena tanpa disadari wanitalah yang berperan sebagai aktris utama dalam dua ilmu tersebut. Mari kita simak kelanjutannya…
Tidak ada satupun wanita yang tidak berperan dalam dua ilmu penting ini.  Pertama, “Ekonomi”. Lantas, apa peran wanita dalam ilmu ekonomi? Jawabannya, sangat berperan besar dalam ilmu tersebut. Faktanya, kita sebagai wanita harus pintar dalam mengelola perekonomian kita mulai dari lingkup kecil hingga lingkup besar. Sebagai contoh, ketika wanita mengakhiri masa lajangnya (jomblo) dengan beranjak kepada kehidupan sebenarnya yakni memiliki keluarga (Menikah). Maka, wanita haruslah terlebih dahulu pintar dalam mengelola perekonomiannya, sebelum dia beranjak kepada kehidupan sebenarnya yakni memiliki keluarga (menikah). Karena tanpa disadari, ia (wanita ) tersebut harus pintar dalam hal ekonomi.
Kadang kala, tidak semua wanita ingin dibebani dalam masalah mengatur perekonomian keluarganya. Mereka (wanita) hanya ingin menerima bersih hasil kerja suaminya yang dikhususkan hanya untuk mengatur bahan makanan (bahan-bahan pokok) saja untuk sebulan.Sedangkan  untuk masalah listrik dan lain sebagainya, diserahkan kepada sang suami. Yang intinya, agar sama-sama belajar. Tetapi, mayoritasnya pria hanya ingin terima bersih dan menuntut agar si wanitanya pintar dalam mensetting penghasilan yang ia (suaminya) berikan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup mereka baik dari hal terkecil hingga terbesar sekalipun. Karena ternyata, sedikit sekali pria yang bisa mengelola perekonomian mereka dengan baik. Pria cenderung bersifat boros dalam masalah “Uang”.
Jadi jelas, berapa banyak wanita yang harus pintar-pintar dalam mengelola perekonomian keluarganya? Yang setiap waktu harus berpikir, bagaimana caranya agar penghasilan yang diberikan sang suami dapat memenuhi kebutuhan selama sebulan, kemudian bulan selanjutnya dan bulan selanjutnya? Serta tanpa disadari, semakin hari semakin membuat wanita harus lebih berpikir kritis dalam mengelola ekonomi tersebut. Tak jarang, banyaknya kasus perceraian, pembunuhan terhadap istri atau suami, frustasi, stress, kekerasan dalam rumah tangga dan sebagainya dikarenakan masalah “Ekonomi” yakni alat pemuasnya adalah “UANG”. Masalah sering muncul hanya karena “UANG”, maka dalam hal ini dibutuhkan pemikiran yang dewasa bagi kedua belah pihak serta bijak dalam menentukan sikap. Bukannya saling egois dan menggebu-gebukan serta mengikuti emosi-emosi negative yang cenderung menyesatkan. Sebagai kaum hawa, mari nikmati pelajaran berharga ini yang ditakdirkan Allah swt atas kita, yakni pelajaran “Ekonomi” dengan tema “Wanita harus pintar-pintar  mensetting perekonomian keluarganya”, hehe… J J
Mungkin ini terasa sulit, apalagi buat kamu-kamu yang terbiasa hidup dengan luxurious, shopping atau apalah namanya. Tetapi seperti tulisanku di judul sebelumnya, “YOU CAN IF YOU WANT!”. So, belajarlah dari sekarang. Karena hidup gak selamanya indah atau mungkin bisa dibilang gak selamanya seperti apa yang kita inginkan. Jadi, kita harus siap dengan segala kondisi yang berubah secara tiba-tiba tanpa disadari. Come on ladies, you can… you can… and you can… J Buang kebiasaan-kebiasaan burukmu yang suka trendy (Gak mau ketinggalan zaman) dengan hura-hura, bershopping ria atau apa saja namanya demi keberhasilan kehidupan perekonomianmu.
Good luck ya ladies… YOU CAN!
Kedua, “Psikologi”. Wanita, adalah makhluk terindah yang diciptkan Allah swt di muka bumi ini. Mulai dari sifat khas keanggunannya, kelembutannya, kehalusan hati dan sikapnya dan lain sebagainya. Kali ini, selain dituntut pintar dalam memainkan peran sebagai menteri Ekonomi dalam keluarganya, ia (wanita) dituntut pula untuk pintar dalam berperan sebagai psikologi dalam keluarganya. Kenapa psikologi? Karena wanita berperan sebagai guru bagi anak-anaknya nanti. Jangan sekali-kali anda pernah berfikir, untuk melepas tanggung jawab anda sebagai pengasuh terbaik untuk anak-anak anda nanti ke tangan pengasuh lain (mis : pembantu, babby sitter, atau guru-guru di sekolah). Mereka hanya bertugas membantu mengurangi beban Anda, bukan berperan besar dalam mengatur hidup anak-anak anda nanti. Keberhasilan seorang anak bukan hanya dipicu dari seberapa besar usaha mereka, tetapi juga dari seberapa banyak dorongan atau kata-kata semangat yang Anda sebagai orang tua berikan kepada mereka.
Akhir-akhir ini, dibeberapa media online sering menampilkan berita-berita seputar kekerasan pada anak-anak balita. Belum lagi masalah broken home yang gak ada habis-habisnya, tawuran pelajar, MBA, kehidupan pergaulan yang bebas dan sebagainya. Media jarang sekali menampilkan berita seputar anak-anak yang berprestasi, yang ada malah seputar anak-anak yang harus bekerja keras membantu ekonomi orangtuanya. Kalau untuk masalah membantu orangtua agar mereka bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, it’s no problem. But the fact, hanya untuk memperkaya diri yang akhirnya harus membuat anak-anak tersebut berhenti untuk melanjutkan pendidikan mereka.
Kesabaran memang ada batasnya! Tetapi, bukan berarti mencurahkan segala permasalahan yang Anda miliki dengan menjadikan anak sebagai korban atas kesabaran Anda akan menyelesaikan masalah.  Disinilah, ilmu “Psikologi” itu dibutuhkan. Kalau tulisan pertama pelajaran “Ekonomi” dengan tema “Wanita harus pintar-pintar  mensetting perekonomian keluarganya”, maka pelajaran kedua “Psikologi” dengan tema “Wanita harus pintar-pintar memahami apa yang ada dipikiran seorang anak”. Coba deh perhatiin, zaman sekarang ada berapa banyak ibu-ibu yang masih perduli pada tugas sekolah anaknya? Atau sekedar bertanya, “Dapat nilai berapa tadi?, Boleh mama lihat?”, “Gimana sekolahnya? Ada pelajaran yang sulit gak tadi?”, “Kok pulangnya lama? Memang ada kegiatan apa disekolah tadi?”, bla…bla…bla… Bisa dipastikan, sedikit sekali ibu-ibu yang berperan sedemikian. Lantas dimana mereka? Mereka ada disini, telepon2an dengan temen2nya untuk bergosip-gosip ria…makin digosok,makin sip. *Ahahaha, sibuk ngurusin arisan, sibuk fashion, medi-pedi, arghhhh atau apa ajalah namanya itu.
Gak perduli anak mau pulang jam berapa dari sekolahannya, yang penting pulang. Gak perduli si anak dapat nilai berapa disekolahannya, gak perduli si anak bisa atau gak disekolahnya dan hal-hal lain sebagainya. Tetapi anehnya, kita (wanita) akan hadir dihadapan si anak tatkala mereka dapat SPO, nilai raport merah semua, tinggal kelas atau mungkin gak lulus, kedapetan si anak pecandu narkoba dan hal2 lain yang gak pantas dilakukan anak. Kita (wanita) pun mengeluarkan jurus-jurusnya *Merepet/memarahi /memukuli sejadi-jadinya seperti seorang yang kesurupan. Pertanyaannya, kemana aja Anda selama ini?
Lain yang gak perduli, lain lagi cerita dari yang over protectif. Over protectif juga tidak baik untuk pertumbuhan anak, segalanya dituntut baik, semuanya harus sempurna, gak boleh ini…gak boleh itu… harus begini… harus begitu… bla…bla…bla… Ini justrul akan membuat si anak terkekang. Karena, mereka tidak dibebaskan berimajinasi dengan apa yang mereka inginkan. Tetapi, terlalu menuruti apa kehendak si anak juga tidak baik, karena hanya akan membuat anak manja. Tidak bisa belajar mandiri dan nantinya sulit mengadaptasikan diri tatkala ia harus menjalani hidupnya. Lantas apa yang harus dilakukan?
Ilmu Psikologinya adalah, pahami benar psikologi anak anda. Pantau imajinasi mereka atau apapun yang ingin mereka tahu dari Anda, arahkan tatkala ia mulai menggeser kearah yang gak patut untuk dilakukan, jangan egois dengan menuntut anak harus bisa menjadi apa yang Anda inginkan, selalu ada buatnya tidak hanya sebagai orang tua yang harus dihormati, tetapi teman sejati untuk berbagi. Dan hal terpenting dari semua ini adalah, “Seberapa sabar anda mendidik mereka!".

Comments

Popular posts from this blog

PLN Part 3 ~Tes Potensi Akademik (TPA) & B.Inggris

Akhirnya Tes GAT terlewati, 2 jam di ruang uzian berhasil membuat sedikit agak bernafas lega dan otot-otot serta syaraf yang tegang rileks kembali. Sebelum keluar dari ruangan, panitia sudah mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan hari itu juga paling lambat sekitar pkl 20:00 wib. Dan bagi peserta yang lanjut dapat mengikuti tes kembali besok di ruangan yang sama. Arghhh..leganya, alhamdulillah semua soal dapat saya jawab dan menyelesaikannya tepat waktu. Yah, meskipun agak sedikit ragu. Karena materi yang dikerjakan hanya sekitar 30% dari buku yang saya beli satu minggu yang lalu di Gramedia :-( Tapi wait..soal gak terlalu sulit kok, yang terpenting anda fokus dan jangan lupa berdo'a sebelum uzian :-) Selesai tes, saya shalat dulu karena belum sempat shalat zuhur tadi sebelum tes. Dan saya pulang... Sesuai arahan panitia, saya mengecek website PLN untuk mengetahui hasil tes. Ternyata belum ada. Dan sekitar pkl 23:00 wib saya buka kembali, ternyata sudah ada

Cinta! GILA atau ANEH?

Saat ada yang jatuh cinta Mereka tertawa bahagia Seakan dunia adalah surga Tak jarang perbuatan gila melanda Mulai bergaya ala artis Tak jarang berpose bak selebritis Foto demi foto di upload dengan wajah manis Hanya demi menarik perhatian sang pujaan hati Tapi, saat ada yang patah hati Dunia seakan tak berarti Rasanya ingin bunuh diri Atau..mati saja saat ini! Muka mengucel, badan melesuh, semangat memudar Upload status tak lebih dari cacian dan makian Atau..bak manusia yang paling tak berarti di dunia Entahlah! Hanya si empunya yang tahu betapa kacaunya ia! Ada pula cinta diam... Yang mengagumi dalam diam Mencintai dengan diam Berdo'a menyeru namanya diam-diam Ada juga cinta umbar Semua perasaan di publish bak selebritis Setiap kata dirajut menjadi kalimat paling romantis Semua wajah di edit jadi foto-foto manis ~ Lalu, pernahkah terlintas di benak anda? Tatkala jatuh cinta kepada seseorang dan merasa bahagia, sebenarnya ada perasaan wanita lain yan

Eye Level

Keputusanku untuk kembali ke medan setelah wisuda, bulat sudah. Banyak hal yang sudah difikirkan masak-masak sebelum memutuskan. Bukan gampang! Meninggalkan posisi karier yg terbilang sudah cukup lumayan dari segi apapun. Tapi setiap perjalanan harus ada pengorbanan, don't be egoistic!!! Ada banyak pertimbangan meninggalkan semua rutinitas di Jawa dan hidup entah seperti apa di Medan. Ya, itulah yang ada di benakku tatkala itu. Pertama, keluarga Kini kami hanya tinggal berempat. Ayah adalah bapak dan ibu bagi kami. Rasanya tidak tega harus meninggalkan ayah dan dua adikku setelah ditinggal pergi mama. Mengurus ini dan itu seorang diri. Membereskan segala sesuatunya sendiri. Ya sih masih ada fanny yg dibilang sudah cukup dewasa. Tapi, aku mengenal betul watak fanny dari kecil. Fanny bukan typikal orang yg care abis sama rumah. Care sih tapi gak pakai banget. Belum lagi si Raisya, masih terlalu kecil untuk harus memahami semua ini. Dia akan merasa kesepian karena hanya memiliki