Skip to main content

Kasih Tak Sampai

"Tetaplah menjadi bintang di langit...
Agar cinta kita akan abadi...
Biarlah sinarmu tetap, menyinari alam ini.
Agar menjadi saksi cinta kita...berdua...". (Kasih tak sampai, by: PADI)

Alya meneteskan air mata tiada henti. Taxi berwarna biru yang melaju dengan cepat sebagai saksinya. Hari itu seakan badai menerjang dan gemuruh langit menyapa. Sambil mengusap lembut tetesan hujan yang membasahi pipinya, Alya tak menghiraukan suara yang bersumber dari telepon genggamnya. Hingga telepon itu dinon-aktifkannya. Tangis Alya semakin menjadi-jadi. Tidak ada orang lain di taxi itu selain ia (Alya), supir taxi dan sebuah lagu yang mengiringi jalan mereka.

"Sudah,terlambat sudah...ini semua harus berakhir.
Mungkin inilah jalan yang terbaik...dan kita mesti relakan kenyataan ini".

"Dimas..." (Panggil Alya lirih sambil mengusap butiran-butiran air yang menetesi pipinya)
"Hiks...hiks...hiks..."
"Jalan Diponegoro No 24 Mbak?" (Tanya supir taxi)
"Hiks...hiks..siks.." (Jawab Alya)
"Mbak, sudah sampai. Ini jalan Diponegoro No 24 Mbak". (Jawab si supir)
"Berapa Pak?" (Sahut Alya)
"Rp 50.000-, Mbak". (Timpal si supir)
Alya langsung mengeluarkan uang kertas berwarna biru dengan gambar I Gusti Ngurah Rai tersebut dari kantong tasnya dan memberikan uang tersebut kepada supir taxi yang ditumpanginya.
"Terima kasih Pak". (Kata Alya)

Dengan suara perlahan seraya menghapus air matanya, Alya mengetuk pintu rumah dan masuk sambil memberi salam. Ia kemudian bergegas langsung menuju kamarnya. Disana ia rebahkan badan dan mencoba memejamkan mata. Tapi, nampaknya butiran-butiran air itu masih terus mengalir membasahi pipinya.

Keesokan harinya,
"Al, bangun Al. Al.." (Sapa Ibu Alya sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarnya).
"Udah pagi nak,ayo bangun. Jangan sampai matahari terbenam lo nak, nanti menutupi kecantikanmu". (Goda Ibu Alya)
"Hoam..." *Menguap
"Iya Ma, ini udah bangun kok". (Sahut Alya)
"Mama tunggu di meja makan ya. Mama sudah buat sarapan kesukaanmu tuh". (Jawab Ibu Alya)

Alya merenung sebentar dan mengingat apa yang tengah terjadi pada dirinya kemarin.
Ia kemudian bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

"Ayo sarapan nak. Tadi malam kamu udah gak makan. Ayah panggil-panggil dari luar pintu kamarmu,kamu gak nyahut". (Tanya sang Ayah)
"Maaf yah, Alya kelehan kemarin. Jadinya gak dengar kalau Ayah ngetuk-ngetuk pintu kamar Alya". (Jawab Alya)
"Kenapa mata kamu sampai bengkak gituh Al? Kamu habis nangis semalaman ya?" (Tanya Ibu Alya)
"Gak apa-apa Ma". (Sahut Alya)
"Biasa Ma, namanya juga anak muda". (Timpal Mas Alan *Kakaknya Alya)
"Iya nih, mama kayak gak pernah muda aja". (Tambah Ayah Alya)
Kemudian mereka pun melanjutkan sarapannya pagi itu.

Alya yang seperti tidak nafsu makan,tidak dapat menghabiskan makanannya pagi itu.
"Tumben kamu gak habis Al?, Bukannya ini makanan favoritmu? Atau hari ini rasanya tidak senikmat seperti biasanya?" (Tanya sang Mama)
"Enggak kok Ma, masih sama nikmatnya". (Sahut Alya)
"Mau liburan kemana kamu Al?" (Tanya sang Mama)
"Enggak ah Ma, Alya lagi malas kemana-mana. Pengen dirumah aja". (Jawab Alya)
"Ke Bandung aja gimana? Udah lama kan kita gak kesana?" (Rayu sang Mama)
"Gak Ma, Alya lagi malas aja keluar. Mama kalau mau pergi, pergi aja bareng ayah dan mas Allan". (Timpal Alya)
"Kamu kenapa sih nak? Apa kemarin gak berhasil ketemu Dimas?" (Mama Alya kembali bertanya)
"Gak kok Ma, udah ah Alya malas bahas itu. Alya ke kamar ya Ma". (Alya mencoba mengakhiri obrolannya dengan sang Mama dan kembali ke kamarnya)

Alya kembali merebahkan badannya di atas kasur favoritnya. Sambil memutar lagu 'Percayalah' miliknya Ecoutez, ia kembali merenung.
"Kenapa sih, kamu tega sama aku Dim". (Alya berbicara pada dirinya sendiri)
"Kenapa kamu gak cerita kalau mau berangkat ke Australia kemarin? Katanya kita teman, katanya kamu care sama aku. Tapi kok kamu jahat sama aku Dim? Ninggalin aku tanpa pamit? Aku sms gak dibalas, aku telepon kamu reject. Ini yang namanya teman?" (Tutup Alya sambil kembali bersedih)

Jakarta, 6 April 2005
Tanggal itu menjadi saksi bisu awalnya pertemanan antara Alya dan Dimas. Alya yang dikenal sebagai cewek yang care, berbeda dengan Dimas yang moody-an dan sedikit cuek. Waktu itu mereka bertemu dalam acara "Bakti Sosial" di sekolah, meski satu sekolahan tetapi ternyata Alya tidak pernah menyadari kehadiran Dimas disekolahan. Yang lebih parahnya,ternyata mereka bertetangga yang dipisahkan hanya dengan sebuah komplek di Jakarta. Begitulah Alya, meski dia dikenal sebagai cewek yang care. Tetapi terkadang ia tidak terlalu perduli dengan yang namanya teman lelaki.

Sore itu, dimana seluruh siswa-siswi sedang menjalankan tugas mereka dalam pengumpulan dana termasuk Alya. Ada segerombolan gadis-gadis cantik terdiri dari lima orang yang dikenal dengan istilah "Geng Cubby". Ternyata gadis-gadis itu sedang mengagumi sosok Dimas. Selama kegiatan berlangsung, gadis-gadis itu hanya membicarakan Dimas. Lain Geng Cubby, lain lagi Geng Girly. Geng yang dipimpin oleh Cinta sebagai ketuanya, juga gak mau kalah. Mereka memperhatiin Dimas selama menggalang dana.

"Al,kamu suka gak sama Dimas?" (Tanya Sherin *salah satu temannya Alya)
"Dimas? Dimas mana?" (Jawab Alya)
"Alah, Al.. masa' kamu gak tahu sih? Ah,kamu pura-pura gak tahu ya?" (Seloroh Sherin)
"Sebentar. Hmmm,ow si Dimas yang anak IPS 2 itu ya? Ya, ya I know". (Sahut Alya)
"Ya iyalah. Dia kan cowok ngetop di sekolahan ini. Lihat tuh cewek-cewek Al, gk habis-habisnya nyeritain dia. Ada yang malu-malu gituh, ada juga yang malu-maluin. Hahaha" (Jawab Sherin)
"Terus? Ih,jangan-jangan kamu suka ya Rin sama dia? Hayo??? Cie..cie... si Sherin, diam-diam gak cerita". (Goda Alya)
"Apa sih Al?" (Elak Sherin)
"Apa sih Rin?" (Sambung Alya)
"Ahahahahahaha" (Mereka berdua tertawa bersama)
"299,300,350,400. Rin, ada 400 nih. Alhamdulillah" (Kata Alya ke Sherin)
"Alhamdulillah". (Jawab Sherin)
"Eh Al, lihat tuh si Dimas dari tadi ngelirik kesini terus lo?" (Kata Sherin)
"Hmm Sherin-sherin, kamu kali yang ngelirikin dia terus? Hahaha" (Goda Alya)
Tiba-tiba Alya penasaran dan melihat ke segerombolan anak lelaki dimana ada Dimas juga disana.

"Hmm,manis juga". (Kata Alya dalam hati)
"Ayok Rin, kita balik". (Ajak Alya ke Sherin)
Alya dan Sherin pun berlalu meninggalkan acara 'Bhakti Sosial' yang sudah kelar tersebut.

<Dimas92 @AlyaSya Alya ya? 6 April 2005>
<Dimas92 @AlyaSya Alya ya? @Dimas92 Iya,siapa ya?>
<@AlyaSya Dimas,IPS 2. @Dimas92 Ow,ada apa? @AlyaSya Hmm,gak kok. Oh ya gimana uzian kamu tadi? @Dimas92 Alhamdulillah bisa kok,kamu? @AlyaSya Bisa jawabnya,gak tahu hasilnya. @Dimas92 Yah,berdo'a yang terbaik aja. Yang penting kan udah usaha. @AlyaSya Iya. @Dimas92 Aku off duluan ya,bye.>

Perbincangan mereka via twitter ternyata berlanjut hingga mereka menyelesaikan masa-masa SMA nya. Dan berlanjut hingga short message.

Alya : Hi Dim...
Dimas : Hi
Alya : Lg ngapain?
Dimas : Gak ada,duduk2 aja. Kamu?
Alya : Sama. Oh ya,kamu anak komplek Permata Jl.Dipo 24 ya?
Dimas : Iya Al,kenapa?
Alya : Oh,aku juga disana "Permai".
Dimas : Ow,tetangga dong?
Alya : Iya,hehe. Tapi kok aku gak pernah lihat kamu ya? Mungkin aku yang jarang keluar ya?
Dimas : Maybe. Oh ya Al,lanjut kuliah dimana?
Alya : Di sini aja Dim,gak keluar. Kamu?
Dimas : Aku ke Bandung Al,besok berangkat.
Alya : Bandung? Wah,selamat ya. Kok gak cerita-cerita sih?
Dimas : Thanks. Emang harus cerita ya?
Alya : Hmm,gak juga sih. Aku tidur ya udah malam,hati2 di jalan ya Dim.
Dimas : Iya Al,thanks ya. Malam.

"Hoam...eh Dimas?" (Lirih Alya ketika bangun dari tidurnya)
Alya pun langsung mencari telepon genggamnya. Di layar telepon tertera '1 pesan dari Dimas'.

Dimas : Udah bangun Al?
Alya : Udah Dim,udah berangkat ya?
Dimas : Belum Al,agak siangan. Kamu udah mulai kuliah?
Alya : Ow,belum Dim. Senin baru mulai.

Alya menunggu beberapa lama kemudian,tapi nampaknya pesan terakhir yang dikirim Alya tidak di reply kembali oleh Dimas.
"Ya sudahlah..." (Teriak Alya)

Meski jarak telah memisahkan mereka, nampaknya pertemanan itu masih langgeng. Walaupun terkadang sering lost contact karena telah disibukkan oleh urusan masing-masing,tetapi pertemanan itu tetap terjaga. Jika ada kesempatan untuk berkomunikasi,mereka saling share seputar kegiatan-kegiatan yang telah dilakoni. Tapi kelihatannya,kesibukan yang telah membutakan keduanya membuat keduanya semakin jauh. Hingga setelah Dimas lulus dari kuliahnya dan mendapatkan panggilan kerja ke Australia, Alya benar-benar terpukul. Pasalnya,diam-diam Alya ternyata menyimpan rasa kepada Dimas yang selama ini bisa dibilang dekat dengannya. Alya betah untuk tidak mencoba mendekat dengan pria-pria yang berusaha ingin dekat dengannya,karena ia sudah terlanjur menyimpan rasa untuk Dimas. Dimas yang tidak tahu menahu akan hal itu,ternyata diam-diam juga menyukai Alya. Hanya saja,bagi Dimas saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semua itu. Masih banyak hal yang harus dia persiapkan untuk masa depannya kelak.

Memang,kepergian Dimas ke Australia tidak diketahui oleh Alya. Alya mengetahui itu semua lewat status yang dibuat Dimas di twitter. @Dimas92 Welcome Australia.
Alya pun langsung mengirimkan pesan singkat ke Dimas yang berisi.

Alya : Ngapain ke Australia Dim?
Dimas : Kerja Al.
Alya : Ow,selamat ya. Udah berangkat?
Dimas : Besok Al,hari ini mau ke Jakarta pulang dulu pamitan ke orang tua.
Alya : Berangkat dari Jakarta?
Dimas : Iya
Alya : Naik pesawat jam berapa?
Dimas : Jam dua Al.

Alya pun mengakhiri pesan singkat yang dikirimnya ke Dimas. Alya berkata lirih,
"Besok jam dua di Bandara. Masih ada waktu". (Bisik Alya dalam hati).
Keesokan harinya Alya pun bersiap-siap menuju Bandara untuk menemui Dimas. Tetapi,macetnya ibu kota menghalangi langkah Alya kali ini.
"Pak,gak ada alternatif jalan ya?" (Tanya Alya kepada supir taxi)
"Gak ada Mbak,ini jalan satu-satunya menuju Bandara. Memang kalau udah hari libur gini suka macet Mbak,maklumlah Mbak banyak yang weekend". (Sahut supir taxi)
"Duh,gimana dong ini? Bisa-bisa telat gua?" (Berontak Alya dalam hati)

Alya yang dari tadi ceria seketika berubah menjadi ketakutan dan panik. Ia khawatir kalau ia tidak bisa bertemu Dimas saat itu.
"Mbak,dari jalan sini aja bisa juga kok". (Kata supir taxi tersebut)
"Oh iya Pak,terima kasih ya". (Alya menyahut dan segera berlari meninggalkan taxi menuju lokasi yang ia cari)
"Eh itu Dimas?" (Kata Alya)
Tiba-tiba pandangan Alya menuju pada sesosok lelaki yang menggunakan jaket dan jeans serta sepatu cats sedang menuju keruang tunggu.
"Dimas..."(Teriak Alya)
Lelaki itu pun menoleh kepada sosok yang memanggil namanya.
"Alya" (Sahut Dimas lembut)
Dimas pun menghampiri Alya dan mereka akhirnya bertemu.
"Sama siapa Al?" (Tanya Dimas)
"Sendiri aja" (Sahut Alya)
"Kamu udah mau berangkat ya?" (Alya kembali bertanya)
"Iya Al, sekitar lima menit lagi". (Sahut Dimas)
"Oh, ya udah masuk gih. Ntar telat lagi". (Tambah Alya)
"Iya Al, aku berangkat ya. Jaga diri kamu baik-baik ya Al". (Sambut Dimas)
"Iya, hati-hati ya Dim". (Tutup Alya mengakhiri obrolan mereka)
 Alya pun kembali melanjutkan perjalanannya, meski dengan hati yang bercampur antara senang karena sudah bertemu Dimas tetapi disisi lain Alya juga sedih karena harus lebih jauh dari Dimas.
                                                           ~ooo~

Kini Alya sudah bekerja di sebuah perusahaan sebagai finance. Sementara Dimas melanjutkan karier nya di Australia. Kesibukan membuat mereka lost contact untuk waktu yang cukup lama. Alya yang kini tengah sibuk dengan pekerjaannya, ternyata diam-diam masih memendam rasa dengan Dimas. Sama halnya dengan Dimas. Begitu banyak sosok yang datang untuk bisa mengenal Alya lebih dekat,tetapi nampaknya Alya masih kekeh dengan apa yang ia rasakan.
Hingga suatu hari, selain disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan kantor yang segelumit dan terkadang masih dihiasi bayang-bayang Dimas, Alya jatuh sakit. Kondisi tubuhnya kian hari kian menyusut. Dokter memvonis Alya terserang brain tumor atau lebih dikenal tumor otak. Tumor ini telah bersarang lama di dalam otak Alya tanpa sepengetahuan Alya. Berkat dukungan kedua orang tua Alya, mereka meminta Alya untuk check up setiap saat. Hingga suatu hari di sore hari Alya duduk termenung mengingat kisah-kisah indah yang pernah ia alami. Alya mengambil secarik kertas dan mengotorinya dengan tulisan indahnya.

Dear Dimas,
Apa kabar? Semoga sehat selalu ya disana.
Oh ya Dim, melalui tulisan ini Alya hanya ingin mengucapkan banyak terima kasih.
Terima kasih karena pernah mengisi hari-hari Alya, terima kasih karena pernah ada untuk Alya, terima kasih juga udah mau menjadi teman Alya. Teman yang senang dengerin Alya cerita mulai dari yang sedih,gembira hingga konyol. Hehehe ^__^
Maafin Alya ya kalau selama kita berteman, Alya selalu merepotkan Dimas.
Alya kadang kekanak-kanakan, suka egois dan gak terlalu care sama Dimas. Itu semua Alya lakukan karena Alya bingung harus bersikap seperti apa? Tetapi Dimas selalu bilang kepada Alya, "Menjadi diri sendiri itu lebih baik". Yah, itulah Alya.

Oh iya Dim, gimana kerjaannya?
Asyik gak? Pasti asyik ya, banyak bule lagi disana. Hehe :-)
Hmm, semoga lancar ya pekerjaannya and good luck. Jaga diri kamu baik-baik ya Dim, hati-hati dengan lingkungan. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan ya. Ih,cerewet banget ya aku Dim? Hmm,terserah deh mau nanggapinya seperti apa.

Maaf Dim, Alya gak bisa terlalu lama merajut kata-kata disini. Kepala Alya tiba-tiba pusing lagi nih. Nanti kalau Alya ada kesempatan nulis untuk Dimas lagi, Alya tulis kok. Udah dulu ya Dim. Keep you're pray :-)

Jakarta, 25 September 2011
Alya

Alya mengakhiri tulisannya dan melipat kertas tersebut sembari memasukkannya kedalam amplop putih bertuliskan "DIMAS". Tiba-tiba Alya merasa sakit pada kepalanya dan jatuh pingsan. Orang tua Alya membawanya segera ke rumah sakit terdekat. Ibu Alya hanya bisa menangis sepanjang perawatan Alya.

"Bagaimana kondisi anak saya Dok?" (Tanya orang tua Alya)
"Bapak & Ibu tenang, kita berdo'a saja kepada yang berkuasa. Sekarang Alya hanya butuh istirahat,jadi mohon untuk tidak diganggu". (Perintah dokter)
"Alya...hiks..hiks..:-(" (Tangis Ibu Alya)

Sudah hampir memasuki hari kelima Alya di rawat, tetapi tidak ada tanda-tanda sedikitpun kepulihan Alya apalagi sadar. Alya terbaring koma selama tiga hari di rumah sakit. Orang tua Alya dan kakak lelaki satu-satunya sudah pasrah dengan kondisi Alya tersebut. Alya yang sedang dirawat ternyata tidak diketahu Dimas. Dimas yang masih sibuk dengan segudang pekerjaannya, entah mengapa tiba-tiba sepulang dari kantor menuju asrama yang ia tepati, ia teringat dengan Alya. Sepanjang malam ia habiskan waktunya mengenang kisahnya dengan Alya.
"Al, apa kabar kamu sekarang? Pasti kamu makin cantik ya? Banyak yang naksir,hehe.
Aku kangen sama suara lucu kamu Al. Sifatmu yang sulit aku mengerti,kadang kamu kekanak-kanak kan,kadang kamu dewasa. Sebentar-sebentar kamu care,sebentar-sebentar kamu menghindar. Hmmm, Alya. Besok aku balik ke Jakarta Al, aku pengen ngajak kamu keliling Al sambil berbagi cerita. I miss you,Al".(Kata Dimas dalam hati)

Benar saja, tepat pkl 17:00 wib dihari keenam Alya dirawat, Dimas sampai di Indonesia (Jakarta). Orang tua Dimas kelihatannya begitu rindu sama anak bungsu mereka itu. Sesampai di rumah, Dimas segera menuju rumah Alya yang hanya berbeda satu komplek dari rumah Dimas.
"Kok sunyi ya?" (Tanya Dimas)
"Assalamualaikum Al, Alya.." (Panggil Dimas)
Setelah mengetuk pintu rumah Alya berkali-kali, tidak lama kemudian seorang wanita yang sudah separuh baya keluar dari rumah tersebut.
"Waalaikumsalam, mau mencari siapa ya?" (Tanya wanita itu)
"Apa benar ini rumah Alya?" (Tanya Dimas)
"Mbak Alya?" (Tanya wanita itu kembali)
"Iya, Alya Annisa Putri". (Jawab Dimas lengkap)
Tiba-tiba wanita tua itu menangis seketika, Dimas heran dengan sikap wanita itu.
"Ada apa Buk?" (Tegur Dimas)
"Mbak Alya Mas, Mbak Alya sakit. Sudah enam hari dia terbaring koma di rumah sakit Mas. Kasihan Mbak Alya, dia baik dan sayang sekali sama bibi." (Cerita wanita tua itu)
"Alya sakit? Sakit apa?" (Tanya Dimas kaget)
"Kata Dokter, Mbak Alya terkena tumor otak Mas". (Lanjut wanita itu)
"Sekarang Alya dirawat dimana?" (Tanya Dimas cemas)
"Rumah sakit Jakarta,nanti Mas tanya saja sama perawat disana. Bibi gak tahu dikamar mana, disana ada Ibu,Bapak dan Mas Allan juga". (Tambah si Bibi)
"Baik Bu,terima kasih". (Sahut Dimas)

Dimas yang seketika itu ingin melanjutkan perjalanan, tiba-tiba ia ditelepon oleh ibunya dan memintanya untuk segera kembali kerumah. Dimas memutuskan kembali ke rumah dan mengunjungi Alya keesokan harinya.

Malam itu, tatkala suara ayam telah tidak terdengar. Seluruh manusia yang ada di rumah sakit sudah pada tertidur pulas, Alya menggerak-gerakkan jarinya. Ibu Alya yang sedang terlelap tiba-tiba sadar dengan tingkah anaknya. Ibu Alya spontan teriak.
"Alya...kamu sudah sadar nak? Ini mama sayang". (Sapa Ibu Alya)
"Al..bangun dong, ntar gue gak ada teman main lagi. Masa' lu tega sih?" (Tambah Mas Allan *Kakak Alya)
Alya yang mendengar namanya dipanggil-panggil itu, seketika membuka kedua bola matanya secara perlahan.
"Mama.. Ayah.." (Sapa Alya)
"Iya nak, ini mama". (Jawab Ibu Alya)
Alya hanya tersenyum saat itu kemudian menutup kembali kedua matanya. Melihat reaksi Alya tersebut, Ibu Alya langsung berteriak dan meminta anak sulungnya memanggil dokter. Allan yang sedang berusaha mengajak adik tercintanya itu untuk mengobrol, langsung berlari seketika menuju ruangan Dokter. Dokter beserta beberapa perawat yang mendampingi segera bergegas menuju ruangan dimana Alya dirawat. Ibu Alya memohon kepada Dokter agar menyelamatkan putri tercintanya itu. Tetapi, Allah swt punya rencana lain atas Alya. Tepat di hari ke 7 dimana Alya dirawat sekitar pkl 04:30 wib saat azan subuh berkumandang, Alya menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ya,Alya telah pergi untuk selama-lamanya. Isak tangis mewarnai seisi ruang dimana Alya dirawat.

Alya kemudian dibawa pulang ke rumahnya untuk digiring ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Dimas yang berniat mengunjungi Alya pagi itu,tiba-tiba harus menyelesaikan langkahnya dan memutar arah menuju rumah Alya. Begitu syoknya Dimas, melihat wanita yang dipujanya sudah hampir 6 tahun itu telah tiada. Alya kini dibawa ketempat peristirahatannya yang terakhir,isak tangis dan do'a mengiringi kepergian Alya saat itu. Dimas yang terkenal sebagai cowok yang cuek dan susah mengeluarkan air mata, menangis seketika saat itu. Tik..tik..tik..perlahan-lahan air mata Dimas menghujani pipinya, dengan lembut ia hapus air mata itu.

"Dimas?" (Tegur Allan kakaknya Alya)
"Iya,saya". (Sahut Dimas)
"Ini ada surat yang ditulis Alya buat kamu sebelum dia wafat". (Kata kak Allan kepada Dimas sambil menyerahkan surat adiknya itu)
Spontan air mata Dimas semakin membanjiri pipinya tatkala ia membuka isi surat tersebut kemudian membacanya hingga selesai.
"Alya,maafkan aku". (Kata Dimas lirih)

Tujuh hari berlalu atas kepergian Alya, Dimas pun kembali dengan aktivitasnya. Ia harus melanjutkan tugasnya di Australia. Sebelum ia berangkat,ia mampir ketempat dimana Alya sudah tenang untuk selama-lamanya.
"Al,Dimas balik ya. Maafin Dimas,gak bisa jagain kamu dulu. Dimas janji gak akan sedih lagi,supaya kamu gak sedih juga. Walau kita gak bersama-sama disini,Dimas yakin kita bisa ketemu disana Al.You always in my heart,cantik". (Kata Dimas sambil menghapus perlahan air matanya yang membasahi pipinya)
Dimas kemudian melanjutkan perjalanannya ke Australia untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sudah dinobatkan kepadanya.
- SELESAI -

Comments

Popular posts from this blog

PLN Part 3 ~Tes Potensi Akademik (TPA) & B.Inggris

Akhirnya Tes GAT terlewati, 2 jam di ruang uzian berhasil membuat sedikit agak bernafas lega dan otot-otot serta syaraf yang tegang rileks kembali. Sebelum keluar dari ruangan, panitia sudah mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan hari itu juga paling lambat sekitar pkl 20:00 wib. Dan bagi peserta yang lanjut dapat mengikuti tes kembali besok di ruangan yang sama. Arghhh..leganya, alhamdulillah semua soal dapat saya jawab dan menyelesaikannya tepat waktu. Yah, meskipun agak sedikit ragu. Karena materi yang dikerjakan hanya sekitar 30% dari buku yang saya beli satu minggu yang lalu di Gramedia :-( Tapi wait..soal gak terlalu sulit kok, yang terpenting anda fokus dan jangan lupa berdo'a sebelum uzian :-) Selesai tes, saya shalat dulu karena belum sempat shalat zuhur tadi sebelum tes. Dan saya pulang... Sesuai arahan panitia, saya mengecek website PLN untuk mengetahui hasil tes. Ternyata belum ada. Dan sekitar pkl 23:00 wib saya buka kembali, ternyata sudah ada

Cinta! GILA atau ANEH?

Saat ada yang jatuh cinta Mereka tertawa bahagia Seakan dunia adalah surga Tak jarang perbuatan gila melanda Mulai bergaya ala artis Tak jarang berpose bak selebritis Foto demi foto di upload dengan wajah manis Hanya demi menarik perhatian sang pujaan hati Tapi, saat ada yang patah hati Dunia seakan tak berarti Rasanya ingin bunuh diri Atau..mati saja saat ini! Muka mengucel, badan melesuh, semangat memudar Upload status tak lebih dari cacian dan makian Atau..bak manusia yang paling tak berarti di dunia Entahlah! Hanya si empunya yang tahu betapa kacaunya ia! Ada pula cinta diam... Yang mengagumi dalam diam Mencintai dengan diam Berdo'a menyeru namanya diam-diam Ada juga cinta umbar Semua perasaan di publish bak selebritis Setiap kata dirajut menjadi kalimat paling romantis Semua wajah di edit jadi foto-foto manis ~ Lalu, pernahkah terlintas di benak anda? Tatkala jatuh cinta kepada seseorang dan merasa bahagia, sebenarnya ada perasaan wanita lain yan

Eye Level

Keputusanku untuk kembali ke medan setelah wisuda, bulat sudah. Banyak hal yang sudah difikirkan masak-masak sebelum memutuskan. Bukan gampang! Meninggalkan posisi karier yg terbilang sudah cukup lumayan dari segi apapun. Tapi setiap perjalanan harus ada pengorbanan, don't be egoistic!!! Ada banyak pertimbangan meninggalkan semua rutinitas di Jawa dan hidup entah seperti apa di Medan. Ya, itulah yang ada di benakku tatkala itu. Pertama, keluarga Kini kami hanya tinggal berempat. Ayah adalah bapak dan ibu bagi kami. Rasanya tidak tega harus meninggalkan ayah dan dua adikku setelah ditinggal pergi mama. Mengurus ini dan itu seorang diri. Membereskan segala sesuatunya sendiri. Ya sih masih ada fanny yg dibilang sudah cukup dewasa. Tapi, aku mengenal betul watak fanny dari kecil. Fanny bukan typikal orang yg care abis sama rumah. Care sih tapi gak pakai banget. Belum lagi si Raisya, masih terlalu kecil untuk harus memahami semua ini. Dia akan merasa kesepian karena hanya memiliki