Skip to main content

Jadikan Perbedaan Itu Indah...

Dalam hidup akan ada perbedaan? Itu wajar...
Sama seperti aku yang berbeda denganmu menilai seseorang dengan penilaian berbeda.
Aku menyukai acara kartun Doraemon di televisi, karena menurutku dia lucu,aneh dan menkajubkan.
Tetapi, bisa saja kamu tidak menyukai Doraemon sepertiku. Karena mungkin bagimu, Doraemon itu kekanak-kanakan dan ceritanya tidak masuk akal.
It's no problem...karena sejatinya "Perbedaan" itu indah jika kita mau mengindahkannya.
Tapi, kalau masing-masing egois dan ingin menang sendiri. Yahhh...apa yang mau dikatakan?

Sama dengan kejadian hari ini, bahkan bisa dibilang kejadian hampir tiap tahun.
Setiap tahun kita menanti satu bulan yang ditunggu-tunggu umat dari dua belas bulan yang ada. Katanya, bulan itu penuh berkah...penuh rahmatan lil alamin :-)
Indahnya berbagi,menghargai,kebersamaan akan banyak ditemukan dibulan ini. Sebut saja namanya, "Ramadhan"... Ia adalah bulan yang paling agung yang dinanti umat. Kehadirannya begitu ditunggu-tunggu. 
Sampai-sampai kami suka berselisih pendapat dalam menentukan kapan kehadiranmu, Ramadhan. Yah...itulah bentuk betapa cintanya kami kepadamu. Sama halnya ketika kami menentukan kapan temanmu datang "Syawal", kami juga sering berselisih pendapat. But, i think make "A different be a good things" adalah jalan terbaik dan gak perlu dipermasalahkan,bukan? Intinya, ikuti saja keyakinan masing-masing.

Lanjut,baca artikel dibawah ini ya... 
Happy read it :-)

Antara Hisab dan Rukyah

18 Juli 2012 19:43 WIB
Dibaca: 1181
Penulis : M. Arifin Ismail, Ketua Umum PCIM Malaysia

 

“ Barangsiapa diantara kamu yang menyaksikan anak bulan Ramadhan maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu “ ( QS. Al Baqarah : 285 ).
 
Perbedaan metrode untuk menentukan awal bulan, baik itu awal ramadhan maupun awal syawal terjadi disebabkan perbedaan ijtihad dalam metode antara kaedah apakah awal bulan tersebut dilakukan dengan adanya  “ wujudul hilal”  ( adanya anak bulan-walaupun belum nampak dilihat tetapi ada dalam perhitungan ilmu falak ) atau metode   “imkanurrukyah “ ( kemungkinan nampaknya anak bulan- sehingga untuk nampaknya anak bulan diperlukan ketinggian dua derajat ). Perbedaan metode ini terjadi disebabkan perbedaan ijtihad dalam memahami nash dalil tentang melihat anak bulan, daripada nash alQuran dan hadis. Dalam al Quran disebutkan : “ Siapa diantara kamu yang menyaksikan anak bulan Ramadhan maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu “ ( QS. Al Baqarah : 285 ). Rasulullah juga bersabda  : “ Hendaklah kamu berpuasa karena melihat anak bulan, dan berbukalah kamu karena melihat anak bulan, dan jika langit mendung maka cukupkanlah tiga puluh hari “ ( riwayat Muslim.). Dalam hadis lain, riwayat Bukhari dan Muslim dinyatakan : “ Satu bulan itu mempunyai 29 malam, oleh itu jangan kamu mulakan puasa sehingga kamu melihat anak bulan. Jika cuaca pada malam itu mendung dan kamu tidak dapat melihat anak bulan, maka sempurnakanlah 30 hari bagi perhitungan untuk bulan sya’ban “.
 
Perbedaan terjadi akibat perbedaan dalam memahami kalimat “ melihat anak bulan “ dalam nash diatas, apakah melihat itu berarti melihat dengan mata kepala atau dengan teropong sehingga mensyaratkan ketinggian tertentu untuk dapat dilihat, ataukah kalimat “melihat “ itu juga diartikan sudah adanya anak bulan dengan perhitungan astronomi walaupun belum dapat dilihat oleh pandangan mata ?. Perbedaan pemahaman inilah yang mengakibatkan perbedaan  metode dalam menentukan anak bulan . Metode pertama melihat anak bulan dalam arti “  anak bulan dapat dilihat “. Melihat anak bulan diperlukan ketinggian derajat tertentu sehingga jika anak bulan tidak terlihat , seperti jika ada awan, atau belum sampai ke derjat yang terlihat, maka dianggap anak bulan belum nampak. Untuk itu maka perhitungan bulan hijriyah sebelumnya digenapkan menjadi tiga puluh hari. Metode kedua menyatakan bahwa “melihat anak bulan “ dalam arti “ sudah adanya bulan ( wujudul hilal ) “, sehingga jika bulan sudah ada, maka jatuhlah awal bulan, walaupun anak bulan  tidak terlihat disebabkan kurangnya ketinggian untuk sampai terlihat, tetapi dengan perhitungan ilmu astronomi, anak bulan sudah ada maka awal bulan dapat ditentukan dengan adanya anak bulan tersebut. Kelompok kedua ini berijtihad bahwa kalimat “ anak bulan dapat dilihat :, maksudnya adalah anak bulan sudah ada menurut perhitungan astronomi, walaupun tidak terlihat sebab terlihatnya bulan memerlukan syarat ketinggian tertentu.   
 
Perbedaan juga terjadi dengan perbedaan Matla ( tempat keluar anak bulan ). Bagi sebagian ulama, muncul anak bulan di suatu tempat di muka bumi ini, misalnya di Saudi Arabia, di Afrika, sudah dapat dijadikan patokan adanya bulan, walaupun di negeri lain tidak terlihat. Mazhab Hanafi menyatakan bahwa penduduk di negeri timur wajib berpuasa jika mendapat kepastian bahwa anak bulan kelihatan di negeri bahagian barat. Mazhab Maliki berpendapat bahwa apabila anak bulan kelihatan, puasa hendaklah ditunaikan di seluruh negeri baik itu negeri yang dekat atau jauh. Mazhab Hanbali menyatakan bahwa apabila telah tetaplah kelihatan anak bulan di satu tempat sama ada dekat atau jauh, maka semua orang wajib berpuasa dan bagi orang yang tidak melihatnya juga wajib berpuasa sebagaiman diwajibkan bagi orang yang telah melihat anak bulan tersebut.  Sedangkan bagi sebagian ulama lain seperti mazhab Syafii, menyatakan bahwa perbedaan Matla’ diambil kira, sebab nampak di suatu tempat, untuk hukum di tempat terbeut, dan tidak dapat berlaku bagi tempat yang belum nampak anak bulan. Pendapat ini berdasarkan bahwa waktu shalat juga berbeda dengan adanya matla’, sebab itu perbedaan menentukan awal bulan juga dibenarkan. Ulama Syafii mengatakan dibolehkan nya perbedaan tersebut berdasarkan hadis daripada sahabat Kuraib, menyatakan bahwa Ummu Fadl menghantarkannya menemui Muawiyah di negeri Syam ” Aku tiba di Syam dan menunaikan hajatnya sedangkan pemberitahuan anak bulan berkumandang di udara. Aku melihat anak bulan pada malam Jumat kemudian aku balik ke Madinah pada akhir bulan. Pada waktu itu aku ditanya oleh Ibnu Abbas tentang anak bulan. Kata Ibnu Abbas, ” Bilakah kamu melihat anak bulan ? ” Aku menjawab : ” Kami melihatnya pada malam Jumat ”. Ibnu Abbas bertanya lagi : ” Adakah engkau sendiri melihat anak bulan ? ”. Aku menjawab : ” Ya, dan orang lainpun melihatnya, mereka berpuasa dan Muawiyah juga berpuasa ”. Ibnu Abbas berkata : ” Kami disini melihat anak bulan pada malam Sabtu, oleh karena itu kami terus berpuasa hingga kami sempurnakan 30 hari atau hingga kami melihat anak bulan syawal ”. Aku bertanya lagi : ” Tidakkah memadai bagi kalian dengan terlihatnya anak bulan itu dan puasanya khalifah Muawiyah ”. Ibnu Abbas menjawab : ” Tidak, beginilah caranya Rasulullah saw menyuruh kami ”. ( Wahbah Zuhaili, Fiqul Islam wa adillatuhu, jilid 2 ).   Menurut hadis diatas, penduduk Syam dan khalifah Muawiyah menentukan awal bulan pada malam jum’at, dan mulai berpuasa pada hari jum’at, sedangkan penduduk madinah tidak melihat bulan sehingga mereka menyempurnakan bilangan bulan, dan mulai berpuasa pada harin sabtu, walaupun pada waktu itu madinah masih dibawah pemerintahan Muawiyah, yang beribukota di negeri Syam. Oleh sebab itu,  hadis ini menjadi dalil bahwa terlihatnya bulan d suatu negeri tidak dapat menjadi hukum bagi negeri yang lain, dan dalil bagi dibolehkannya berbeda dalam melihat anak bulan antara satu negeri dengan negeri yang lain. Kedua-duanya adalah sah dan tidak ada yang salah, sebab kedua-duanya melihat bulan dalam tempatnya masing-masing. Dalam Fiqih Islam, perbedaan tersebut tidak menjadi masalah, apakah itu perbedaan metodologi, ataupun perbedaan matla’, sebab kedua metodologi tersebut tetap mengacu kepada dalil yang sah berdasarkan nash yang kuat.
 
Perbedaan tersebut sudah terjadi sejak pada zaman sahabat sampai sekarang, demikian juga akan tetap terjadi perbedaan dimasa mendatang. Perkara yang utama, adalah sikap menghargai perbedaan masing-masing, sebab perbedaan metode ataupun perbedaan dalam matla’ tidak boleh menjadi sebab pertengkaran dan perpecahan. Sebagaimana telah dilakukan oleh sahabat terdahulu, perbedaan menentukan awal ramadhan bagi masyarakat Madinah, tidak menjadi persoalan yang dibesarkan oleh  khalifah Muawiyah dan masyarakat Syam, sebab mereka memahami bahwa perbedaan itu terjadi juga berdasarkan nash dari hadis nabi. Itulah sebabnya Ibnu Abbas berkata bahwa mereka melakukan puasa hari sabtu, sebab mereka tidak nampak bulan pada malam jumat, sedangkan bagi masyarakat Syam bulan sudah nampak pada malam jumat, sehingga mereka berpuasa pada hari jum’at. Masyarakat Syam tidak menyalahkan masyarakat madinah sebab mereka berpuasa di hari sabtu, sebab mereka memahami bulan tidak terlihat bagi masyarakat Madinah pada malam Jumat sehingga mereka menggenapkan bilangan sampai tiga puluh hari dan baru memulai puasa pada hari sabtu. Sikap yang diambil oleh masyarakat Madinah juga berdasarkan hadis ” jika cuaca mendung dan anak bulan tidak terlihat maka sempurnakanlah tiga puluh hari ”. Demikian juga masyarakat Madinah memahami sebab perbedaan masyarakat Syam karena mereka telah melihat bulan sesuai dengan hadis nabi ” berpuasalah kamu jika kamu melihat anak bulan ”. Kedua masyarakat tersebut perbeda dalam menentukan awal puasa, dan keduanya sama-sama berdasarkan nash hadis Rasulullah, sehingga Ibnu Abbas berkata : ” Demikianlah cara Rasulullah menyuruh kami ”.  Artinya kami berpuasa pada hari Sabtu tersebut sesuai dengan perintah Nabi, dan bagi masyarakat Syam mereka berpuasa pada hari jumat juga sesuai dngan perintah nabi. Sikap menghargai perbedaan tersebut merupakan sikap yang diperlukan pada hari ini. Masyarakat yang menentukan awal ramadhan dengan ” wujudul hilal ” yang biasanya dipakai oleh kelompok tertentu seperti ormas Muhamadiyah harus menghormati mereka yang menentukan awal ramadhan dengan metode ” imkanurukyah ” yang dipakai oleh kelompok lain. Demikian juga kelompok yang memakai ”imkanuukyah ” walaupun didukung oleh keputusan pemerintah dan mayoritas ormas Islam seperti Nahdatul Ulama, AlWashliyah, dan ormas lain  juga harus menghormati kelompok yang memakai metode ”wujudul hilal ”. Demikian juga kelompok yang mengikut awal ramadhan sesuai yang ditentukan oleh negara Arab karena memakai Matla yang satu sebagaimana dipakai oleh mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali juga harus menghormati mazhab Syafii yang akan menentukan awal ramadhan sesuai dengan perbedaan matla’. Demikian juga pengikut mazhab syafii hatus menghormati pengikut mazhab lain yang akan berpuasa mengikut dengan ketentuan puasa negeri yang lain. Sikap saling menghormati perbedaan dan pendapat inilah yang merupakan kunci persatuan umat. Marilah kita masuki bulan ramadhan dengan semangat ukhuwah dan persatuan bukan dengan mencari-cari kesalahan dan perbedaan. Fa’tabiru Ya Ulul albab.
 

Tulisan diatas tidak dikurang-kurangi ataupun dilebih-lebihkan oleh saya. Masih asli ya,hehe...
Bisa juga kunjungi disini.

Apa yang dapat anda petik dari artikel diatas???
Banyak manfaat yang disajikan kan?

Intinya : Kita harus menghargai perbedaan bukan menjadikannya perselisihan :-)
             Pelajaran berharganya : "Bekali ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan religi dengan belajar kepada orang-orang yang memang pantas ditunjuk sebagai guru. Saya pribadi saja menyadari, kalau ilmu religi saya masih kurang dan bisa dibilang dibawah. So, kita bisa bijak menentukan sikap. Bukan seperti selama ini, yang hanya bisa menjadi pengikut saja dan selalu menyalahkan".

Marhaban ya Ramadhan....
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1433 H.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas khilaf dan dosa :-)

Make a different be a good things... :-)

Comments

Popular posts from this blog

PLN Part 3 ~Tes Potensi Akademik (TPA) & B.Inggris

Akhirnya Tes GAT terlewati, 2 jam di ruang uzian berhasil membuat sedikit agak bernafas lega dan otot-otot serta syaraf yang tegang rileks kembali. Sebelum keluar dari ruangan, panitia sudah mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan hari itu juga paling lambat sekitar pkl 20:00 wib. Dan bagi peserta yang lanjut dapat mengikuti tes kembali besok di ruangan yang sama. Arghhh..leganya, alhamdulillah semua soal dapat saya jawab dan menyelesaikannya tepat waktu. Yah, meskipun agak sedikit ragu. Karena materi yang dikerjakan hanya sekitar 30% dari buku yang saya beli satu minggu yang lalu di Gramedia :-( Tapi wait..soal gak terlalu sulit kok, yang terpenting anda fokus dan jangan lupa berdo'a sebelum uzian :-) Selesai tes, saya shalat dulu karena belum sempat shalat zuhur tadi sebelum tes. Dan saya pulang... Sesuai arahan panitia, saya mengecek website PLN untuk mengetahui hasil tes. Ternyata belum ada. Dan sekitar pkl 23:00 wib saya buka kembali, ternyata sudah ada

Cinta! GILA atau ANEH?

Saat ada yang jatuh cinta Mereka tertawa bahagia Seakan dunia adalah surga Tak jarang perbuatan gila melanda Mulai bergaya ala artis Tak jarang berpose bak selebritis Foto demi foto di upload dengan wajah manis Hanya demi menarik perhatian sang pujaan hati Tapi, saat ada yang patah hati Dunia seakan tak berarti Rasanya ingin bunuh diri Atau..mati saja saat ini! Muka mengucel, badan melesuh, semangat memudar Upload status tak lebih dari cacian dan makian Atau..bak manusia yang paling tak berarti di dunia Entahlah! Hanya si empunya yang tahu betapa kacaunya ia! Ada pula cinta diam... Yang mengagumi dalam diam Mencintai dengan diam Berdo'a menyeru namanya diam-diam Ada juga cinta umbar Semua perasaan di publish bak selebritis Setiap kata dirajut menjadi kalimat paling romantis Semua wajah di edit jadi foto-foto manis ~ Lalu, pernahkah terlintas di benak anda? Tatkala jatuh cinta kepada seseorang dan merasa bahagia, sebenarnya ada perasaan wanita lain yan

Eye Level

Keputusanku untuk kembali ke medan setelah wisuda, bulat sudah. Banyak hal yang sudah difikirkan masak-masak sebelum memutuskan. Bukan gampang! Meninggalkan posisi karier yg terbilang sudah cukup lumayan dari segi apapun. Tapi setiap perjalanan harus ada pengorbanan, don't be egoistic!!! Ada banyak pertimbangan meninggalkan semua rutinitas di Jawa dan hidup entah seperti apa di Medan. Ya, itulah yang ada di benakku tatkala itu. Pertama, keluarga Kini kami hanya tinggal berempat. Ayah adalah bapak dan ibu bagi kami. Rasanya tidak tega harus meninggalkan ayah dan dua adikku setelah ditinggal pergi mama. Mengurus ini dan itu seorang diri. Membereskan segala sesuatunya sendiri. Ya sih masih ada fanny yg dibilang sudah cukup dewasa. Tapi, aku mengenal betul watak fanny dari kecil. Fanny bukan typikal orang yg care abis sama rumah. Care sih tapi gak pakai banget. Belum lagi si Raisya, masih terlalu kecil untuk harus memahami semua ini. Dia akan merasa kesepian karena hanya memiliki