Skip to main content

Wahai Pemuda, Generasi Bangsa, Pengukir Prestasi

Para pelajar baik yang masih duduk dibangku sekolah dengan julukan "siswa/siswi", maupun yang telah duduk di bangku perguruan tinggi dengan status "mahasiswa/mahasiswi" adalah generasi bangsa ini.
Generasi bangsa yang seharusnya bisa membawa negeri ini menjadi negeri yang lebih baik, lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi dari sebelumnya. Bung Karno, seorang proklamator, Bapak bangsa, sang orator pernah berkata dalam sebuah pidatonya, "Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".
Ini memberi makna yang sangat mendalam, khususnya bagi kita semua sebagai generasi Bangsa. 
Siapa lagi yang akan mengharumkan nama negeri ini, kalau bukan kita wahai pemuda?
Siapa lagi yang akan membangun negeri ini dari keterpurukan, kalau bukan kita sebagai generasi bangsa?
Siapa lagi yang akan mengindahkan citra negeri ini, kalau bukan kita wahai penerus bangsa?
Harusnya kita bisa berkaca pada setiap peristiwa-peristiwa yang disajikan dari kotak layar kaca. Menangkap setiap pesan apa yang ingin disampaikan dari sana. Bertindak sebagaimana mestinya bukan seperti apa mau kita. 

Setidaknya dalam beberapa bulan ini adalah bulan yang cukup miris untuk melihat tayangan di seluruh stasiun televisi. "Pelajar-Mahasiswa" adalah aktor utama yang melengkapi peristiwa demi peristiwa yang disajikan dari sana. 
Sebut saja beberapa bulan yang lalu, "tawuran antar SMA terjadi di Ibu Kota yang menewaskan seorang pelajarnya" disusul beberapa berita tawuran lainnya yang tidak kunjung selesai, hingga kemarin ikut serta melengkapi daftar tawuran selanjutnya (Tawuran Mahasiswa, Menelan Korban Jiwa).
Apa sebenarnya yang ada di benak para pemuda-pemudi ini?
Mengukir coretan hitam tampaknya jauh lebih menarik, ketimbang melukis prestasi.

"Tawuran" identik sekali dengan negeri ini. Hmmm, seperti budaya warisan yang turun temurun dilestarikan. Tidak tahu apa yang menarik dari itu semua dan tidak tahu apa yang membuat para generasi bangsa ini begitu membanggakan aktivitas itu. 
Gejolak muda, emosi, labil, tidak memiliki pendirian hidup atau mungkin hanya sekedar trendy (ikut-ikutan) yang mendorong para generasi bangsa melakukan hal itu semua.Ini justrul pencitraan bagi kita bahwa "kita belum cukup dewasa sebagai generasi bangsa". Kalau begini terus, mau dibuat seperti apa negeri ini???
Kemana ilmu yang sangat mahal sekali harganya bahkan tidak ternilai itu, diaplikasikan?
Yang seharusnya bisa diterapkan untuk merubah "mindset" yang kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa.

Wahai Pemuda, Generasi Bangsa, Pengukir Prestasi...
Manfaatkanlah sisa usiamu yang diberi Tuhan untuk hal yang lebih berguna, bukan hanya untuk negeri ini, orang disekitarmu, tetapi orang tuamu bahkan untuk dirimu sendiri. Yakinlah, kamu tidak akan pernah merugi...

Wahai Pemuda, Generasi Bangsa, Pengukir Prestasi...
Bersyukurlah kamu kepada Tuhan yang telah memberi "KENIKMATAN HIDUP" yang belum tentu teman-temanmu merasakannya. Kamu bisa sekolah, memperoleh ilmu dan berakhir dengan pendidikan yang baik dan siap menjadi pemimpin negeri ini. Tapi temanmu???
Sampai saat ini, masih ada dari kami yang tidak mampu melanjutkan bangku pendidikan kami. Kami harus rela putus sekolah demi "Biaya Hidup" untuk membantu orang tua kami untuk makan dan tempat tinggal kami.


Wahai Pemuda, Generasi Bangsa, Pengukir Prestasi...
Kamu adalah pemuda-pemudi yang benar-benar LEBIH BERUNTUNG dari hidup kami.
Kamu hanya tinggal duduk manis di bangku pendidikanmu, menelaah setiap materi-materi yang diberi oleh para gurumu dan mengaplikasikan ilmu mereka. Bahkan jika waktu luang tiba, kamu dapat menghabiskan waktumu dengan bermain bersama teman-temanmu, bukan?
Tapi kami???
Kami adalah "Tulang Punggung" untuk pendidikan kami. Kami harus rela banting tulang dahulu untuk memperoleh uang, mencari tempat-tempat yang mau mempekerjakan standard skill kami, untuk bisa membiayai pendidikan kami agar bisa sama seperti kalian. Bahkan, waktu luang saja kami tidak punya untuk bisa bermain bersama teman-teman seusia kami.

Karena kami hanya ingin turut merasakan kenikmatan hidup yang seperti kamu rasakan.

Wahai Pemuda, Generasi Bangsa, Pengukir Prestasi...
Tidak ada rasa cinta dan sayangkah kamu kepada kedua orang tuamu???
Tidakkah pernah kamu memikirkan, bagaimana lelahnya Ayahmu mencari nominal demi nominal hanya untuk membiayai pendidikanmu? 
Bisakah dari semua lelahnya itu, sedikit saja berikan "Apresiasi" atas nya. Agar terukir senyum indah pada raut wajahnya dan ia pasti merasa benar-benar menjadi orang tua yang beruntung.

Wahai Pemuda, Generasi Bangsa, Pengukir Prestasi...
Jika kau masih tetap berkeras hati dan bangga pada coretan hitam yang ikut mewarnai alur hidupmu.
Bolehkah kami minta satu saja kenikmatan dari hidupmu?
Kami ingin orang tuamu menjadi orang tua kami dan kami berjanji akan memberikan segala yang terbaik bagi mereka.


Wahai Pemuda, Generasi Bangsa, Pengukir Prestasi...
Bergegaslah dari masa kekanak-kanakkanmu.
Kamu semua adalah generasi bangsa ini!
Generasi yang cerdas...generasi yang berprestasi...generasi yang berakhlak,
Yang mampu membawa negeri ini menjadi "Negeri Terbaik Dunia".
Bergegaslah sobat...bergegaslah!!!
Untuk membawa perubahan terbaik pada Negerimu ini :-)
                                                                                                # Salam,
                                                                                            Generasi Bangsa

Comments

Popular posts from this blog

PLN Part 3 ~Tes Potensi Akademik (TPA) & B.Inggris

Akhirnya Tes GAT terlewati, 2 jam di ruang uzian berhasil membuat sedikit agak bernafas lega dan otot-otot serta syaraf yang tegang rileks kembali. Sebelum keluar dari ruangan, panitia sudah mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan hari itu juga paling lambat sekitar pkl 20:00 wib. Dan bagi peserta yang lanjut dapat mengikuti tes kembali besok di ruangan yang sama. Arghhh..leganya, alhamdulillah semua soal dapat saya jawab dan menyelesaikannya tepat waktu. Yah, meskipun agak sedikit ragu. Karena materi yang dikerjakan hanya sekitar 30% dari buku yang saya beli satu minggu yang lalu di Gramedia :-( Tapi wait..soal gak terlalu sulit kok, yang terpenting anda fokus dan jangan lupa berdo'a sebelum uzian :-) Selesai tes, saya shalat dulu karena belum sempat shalat zuhur tadi sebelum tes. Dan saya pulang... Sesuai arahan panitia, saya mengecek website PLN untuk mengetahui hasil tes. Ternyata belum ada. Dan sekitar pkl 23:00 wib saya buka kembali, ternyata sudah ada

Cinta! GILA atau ANEH?

Saat ada yang jatuh cinta Mereka tertawa bahagia Seakan dunia adalah surga Tak jarang perbuatan gila melanda Mulai bergaya ala artis Tak jarang berpose bak selebritis Foto demi foto di upload dengan wajah manis Hanya demi menarik perhatian sang pujaan hati Tapi, saat ada yang patah hati Dunia seakan tak berarti Rasanya ingin bunuh diri Atau..mati saja saat ini! Muka mengucel, badan melesuh, semangat memudar Upload status tak lebih dari cacian dan makian Atau..bak manusia yang paling tak berarti di dunia Entahlah! Hanya si empunya yang tahu betapa kacaunya ia! Ada pula cinta diam... Yang mengagumi dalam diam Mencintai dengan diam Berdo'a menyeru namanya diam-diam Ada juga cinta umbar Semua perasaan di publish bak selebritis Setiap kata dirajut menjadi kalimat paling romantis Semua wajah di edit jadi foto-foto manis ~ Lalu, pernahkah terlintas di benak anda? Tatkala jatuh cinta kepada seseorang dan merasa bahagia, sebenarnya ada perasaan wanita lain yan

Eye Level

Keputusanku untuk kembali ke medan setelah wisuda, bulat sudah. Banyak hal yang sudah difikirkan masak-masak sebelum memutuskan. Bukan gampang! Meninggalkan posisi karier yg terbilang sudah cukup lumayan dari segi apapun. Tapi setiap perjalanan harus ada pengorbanan, don't be egoistic!!! Ada banyak pertimbangan meninggalkan semua rutinitas di Jawa dan hidup entah seperti apa di Medan. Ya, itulah yang ada di benakku tatkala itu. Pertama, keluarga Kini kami hanya tinggal berempat. Ayah adalah bapak dan ibu bagi kami. Rasanya tidak tega harus meninggalkan ayah dan dua adikku setelah ditinggal pergi mama. Mengurus ini dan itu seorang diri. Membereskan segala sesuatunya sendiri. Ya sih masih ada fanny yg dibilang sudah cukup dewasa. Tapi, aku mengenal betul watak fanny dari kecil. Fanny bukan typikal orang yg care abis sama rumah. Care sih tapi gak pakai banget. Belum lagi si Raisya, masih terlalu kecil untuk harus memahami semua ini. Dia akan merasa kesepian karena hanya memiliki