Skip to main content

Korelasi Anak Pertama dibalik Kata 'Mandiri & Tangguh' dibawah bayangan kata 'Keras Kepala & Ambisius'😁

Malam blogers,  long time no see dan semenjak saat kapan yang lalu saya mulai males berposting kembali disini.  Maafkan 🙏

Hello para manusia yang masih suka singgah di postingan yang terkadang entah apa isinya, hahaha...
Para manusia yang gak sengaja singgah dan yang sekedar kepo-kepo.  Selamat datang kembali,  selamat membaca,  semoga bermanfaat.  Yang gak ada manfaatnya gak usah dibaca,  leave aja 😆😅😄

Malam ini tiba-tiba pengen posting and you know 'judulnya agak panjang banget'.  Bukan agak panjang sih, memang panjang banget.  Hehehe
Ok to the point,  balik ke judul posting 😅

Well back to the topic, 'Korelasi Anak Pertama Dibalik Kata Mandiri dan Tangguh Dibawah Bayangan Kata Keras Kepala dan Ambisius'. 
Apakah blogers anak pertama? 
Atau anda readers ada yg anak pertama?
Baiklah berhubung saya anak pertama,  jadi anggap saja saya bercerita tentang saya pribadi.  But,  one thing that you must know.  Ini tidak bermaksud membangga-banggakan diri saya pribadi,  atau terkesan menjudge anak pertama atau ada hal negatif yg ingin disampaikan.  Tidak,  ini hanya masalah perspektif.  Jadi anda boleh setuju boleh tidak,  itu hak anda readers 😊
Saya hanya ingin mengeksekusi segala kalimat-kalimat yang bernaung di otak saya,  biar gak berat banget berasa bawa konde sebesar baskom 😆. #alay

Balik ke judul 'Korelasi Anak Pertama Di balik Kata Mandiri & Tangguh di Bawah Bayangan kata Keras Kepala dan Ambisius'. 
Anak pertama,  katanya sih identik dengan kalimat 'Tulang Pungung Keluarga',
Anak pertama identik dengan kata 'Mandiri',
Anak pertama identik dengan kata 'Tangguh',
Anak pertama identik dengan kata 'Mengalah,Strong, bla...bla...bla...
Tapi.........
Anak pertama juga identik dengan kata 'Keras Kepala, Ambisiusme,  Egoisme dan bla..bla...bla lainnya.

Sebagai anak pertama, terkadang saya merasa jika semua sifat itu hampir ada pada diri saya.
Terkadang mikir juga sih,  apakah itu memang takdir Tuhan. Apakah itu tuntutan kehidupan atau cuma hal yang dibuat-buat atau mungkin saja sekedar mengikuti ego diri sesaat?
Tetapi setelah di renungi dalam-dalam, itu mutlak mau gak mau terkadang memang harus nampil pada diri kita sebagai anak pertama.

Anak pertama itu kesannya mandiri?
Hampir setiap anak pertama yang saya dengar curhatannya menunjukkan mereka bersikap mandiri.  Dan hampir setiap anak yang mandiri tampil sebagai anak pertama.  Well, kenyataannya ini adalah watak yg memang harus kami miliki.  Menjadi mandiri itu sebenarnya pilihan,  anda mau atau tidak itu tergantung anda sih?  Atau mandiri itu lahir pada diri kita karena ia di pupuk sejak dahulu kala.  Jadi mungkin awalnya tuntutan hidup,  terus berlanjut belajar dan berakhir karena terbiasa (ala bisa karena biasa).  Terkadang tuntutan hidup,  masalah ekonomi dan keluarga membuat kita harus tampil menjadi pribadi yang mandiri.  Kalau anda berjenis kelamin sama seperti saya,  maka kita tampil menjadi wanita mandiri.
Menjadi wanita mandiri atau pribadi mandiri bagi saya pribadi ada dua sisi yang akan kita temui. Mungkin ada masa menjadi 'mandiri' itu menyenangkan namun terkadang ada rasa 'menyebalkan'.  Nah,  tinggal bagaimana kita menyikapi jika berada pada kondisi seperti itu.  Menjadi mandiri itu menyenangkan?  Iya,  setidaknya ada hal-hal yang mungkin memang harus kita kerjakan sendiri.  Bukan gengsi karena minta tolong atau sekedar takut harga diri jatuh jika menggunakan jasa orang lain?  Bukan,  tetapi memang ada hal-hal yang harus kita kerjakan sendiri karena tidak tahu lagi harus bergantung kepada siapa selain kepada Allah swt sang maha pencipta.  Tuh kan kita tetap gak mandiri?  Karena setiap hamba sehebat apapun pasti butuh bantuan Allah swt 😊
Lalu terkadang menjadi mandiri ada rasa menyebalkan.  Kenapa?
Karena hampir setiap mata yang memandang kita perfeksionis, hampir setiap mulut menjudge kita 'mandiri banget yak',  kita seakan-akan terkesan orang yang tidak pernah butuh bantuan orang lain. Karena segala sesuatunya bisa dilakukan sendiri.  Oh God,  please! Nasibnya buat yg wanita,  katanya pria minder dekatin anda.  Apes kan?  Hahaha 😆😅😄

Selanjutnya muncul kata lain,  'Tangguh'.
Tangguh serupa dengan Kuat, mirip 'Strong' kalau anak jaman now bilang.  Nah sama dengan 'mandiri',  tangguh/kuat/strong or whatever you say,  pribadi ini juga identik dengan anak pertama.  Anak pertama biasanya terkesan 'tangguh'.  Hmm,  iya kah?
Sebenarnya hampir sama dengan 'mandiri', menjadi tangguh adalah suatu pribadi yang muncul karena tuntutan kehidupan yang dipupuk sejak saat itu pula pilihan muncul untuk menjadi tangguh. Namun setelah pilihan itu muncul,  anda ambil atau tidak kembali kepada diri anda. Kalau saya pribadi,  menjadi tangguh itu awalnya karena tuntutan kehidupan saya memaksa keadaan seperti itu sehingga muncul kebiasaan.  Balik lagi ala bisa karena biasa 😊

Back to the topic,  setelah kita bicara yang baik-baik diatas.  Kita akan bicara sedikit sisi jeleknya.  Sisi jelek?  Enggak sih,  hahaha  😆
Next,  'Keras Kepala'. Ini adalah simbol bagi kami anak pertama.  Saya pribadi merasa kalau saya memang kadang-kadang keras kepala.  Tetapi masih hal normal sih bagi saya.  Saya adalah pribadi yang kekeuh pada pilihan yang saya ambil.  Cuma saya selalu masih mempertimbangkan banyak hal,  jika memang suatu argumen itu membuat orang lain lebih banyak terluka, saya lebih memilih mengalah.  Namun jika suatu argumen itu membuat saya lebih dirugikan,  maka saya akan menjadi orang yang sangat keras kepala.  Hehehe
Mungkin setelah di anugerahi pribadi mandiri,  tangguh maka jangan heran jika muncul sikap keras kepala ini.  Cuma satu hal yang harus kita ingat,  pintarlah mengelola pribadi satu ini (keras kepala)  dengan baik.  Karena jika tidak,  kita sendiri yang kewalahan dan hancur seketika. Saya pernah beberapa kali berbincang pada teman saya,  lalu kami membincangkan suatu hal yang butuh argumen satu sama lain.  Lalu ketika saya menuangkan argumen saya,  teman saya bilang 'jika saya adalah orang yang keras kepala'.  Lalu saya diam namun otak saya berputar karena berpikir 'ada yang salah ya?  Keras kepala ya? Dan bla bla bla?'. Terkadang pengen menangkis argumen teman, lalu berpikir lagi daripada dibilang semakin keras kepala lebih baik mengalah.  Hahaha
Ok well,  mungkin kami atau saya pribadi memang keras kepala.  Tetapi ketahuilah satu hal,  bahwa jauh di dalam pikiran dan hati kami dari kata 'keras kepala' yang anda tahu,  kami hanya berusaha untuk tampil menjadi lebih baik.  Dan memang terkadang baik bagi satu orang belum tentu baik bagi yang lain 😊😀
Dan dibalik kata 'keras kepala',  kami punya rasa 'mengalah' yang jauh luar biasa.  Kami rela mengalah demi senyum kedua orang tua kami,  kami rela mengalah demi tawa adik-adik kami.  Bahkan yang tidak pernah habis pikir tapi pernah saya lakukan mungkin juga anda yang terlahir sebagai anak pertama bernasib seperti saya,  kami rela mengalah mundur membuang perasaan cinta terhadap lawan jenis karena kami tahu teman/sahabat terbaik kami memiliki perasaan yang sama terhadap lawan jenis kami,  hehehe.  Bener tidak?
Yah sejelek apapun anda dinilai sebagai pribadi 'keras kepala',  tetaplah berpegang teguh pada prinsip hidup yang anda buat 💪.

Next 'Ambisiusme'.
Anak pertama katanya sih terkesan 'Ambisius' bangetttttt,  wkwkwkwk
Jujur kadang merasa iya.  Semua pengen dikuasai,  semua pengen dimiliki,  semua target hidup pengen dicapai.  Tapi apa segila itu???
Maka jika hal-hal itu muncul,  saat itu juga 'iman' yang harus jadi landasan utama 😇. Mengapa?  Karena tuntutan hidup kian meningkat,  celah-celah kekurangan kian membuat kita paham diri kita dan segala alat pertempuran (kekuatan diri) mulai dari mandiri,  tangguh,  tahu banyak dan lain sebagainya jika tidak pintar-pintar kita kelola, muncullah rasa ambisiusme yang luar biasa.  Hal-hal itu tanpa kita sadari membuat kita memboosy dimanapun kita berada.  Karena kita merasa kita adalah kapten dari sebuah kapal yang memiliki nahkoda.  So, tetap berhati-hati!!!

And last,  pada hakikatnya apapun yang terjadi pada diri kita sebagai anak pertama.  Saya yakin kalau anda atau kita semua sudah membuat pilihan terbaik untuk hidupnya.  Saya yakin jika semua pilihan yang kita ambil adalah cara kita mengajarkan kepada adik-adik kita bahwa mereka harus lebih baik dari kita.
Mengajarkan kepada adik-adik kita bahwa mereka mampu seperti kita.  Bukan tidak mau menjadi pribadi imut-imut,  yang senang bermanja-manja dan bahagia karena sering minta tolong.  Bukan! 
Tetapi hidup ini realistis,  gak selamanya kita menjadi anak kecil yang imut-imut.  Besok kita menjadi kakak/abang, menjadi istri/suami, menjadi ayah/ibu atau menjadi kakek dan nenek.  Maka hal-hal itu yang membuat kita belajar,  agar ketika tiba setiap fasenya minimal ada bekal kita untuk siap 😉

Terakhir,  setiap kepribadian itu andalah pemegang andilnya ingin memiliki pribadi seperti apa.  Ini bukan lagi tentang persoalan anak pertama, kedua atau ke berapa.  Ini tentang pilihan yang kita ambil.  Jadi hiduplah senormal nya (menurut kita),  jangan terlalu ambil pusing dengan statement-statement orang tapi jadikan intropeksi diri saja 😉. Karena yang tahu kita bahagia atau tidak hanyalah diri kita 😊

See you di postingan lainnya
Semoga lebih bermanfaat 😄

Comments

Popular posts from this blog

PLN Part 3 ~Tes Potensi Akademik (TPA) & B.Inggris

Akhirnya Tes GAT terlewati, 2 jam di ruang uzian berhasil membuat sedikit agak bernafas lega dan otot-otot serta syaraf yang tegang rileks kembali. Sebelum keluar dari ruangan, panitia sudah mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan hari itu juga paling lambat sekitar pkl 20:00 wib. Dan bagi peserta yang lanjut dapat mengikuti tes kembali besok di ruangan yang sama. Arghhh..leganya, alhamdulillah semua soal dapat saya jawab dan menyelesaikannya tepat waktu. Yah, meskipun agak sedikit ragu. Karena materi yang dikerjakan hanya sekitar 30% dari buku yang saya beli satu minggu yang lalu di Gramedia :-( Tapi wait..soal gak terlalu sulit kok, yang terpenting anda fokus dan jangan lupa berdo'a sebelum uzian :-) Selesai tes, saya shalat dulu karena belum sempat shalat zuhur tadi sebelum tes. Dan saya pulang... Sesuai arahan panitia, saya mengecek website PLN untuk mengetahui hasil tes. Ternyata belum ada. Dan sekitar pkl 23:00 wib saya buka kembali, ternyata sudah ada

Cinta! GILA atau ANEH?

Saat ada yang jatuh cinta Mereka tertawa bahagia Seakan dunia adalah surga Tak jarang perbuatan gila melanda Mulai bergaya ala artis Tak jarang berpose bak selebritis Foto demi foto di upload dengan wajah manis Hanya demi menarik perhatian sang pujaan hati Tapi, saat ada yang patah hati Dunia seakan tak berarti Rasanya ingin bunuh diri Atau..mati saja saat ini! Muka mengucel, badan melesuh, semangat memudar Upload status tak lebih dari cacian dan makian Atau..bak manusia yang paling tak berarti di dunia Entahlah! Hanya si empunya yang tahu betapa kacaunya ia! Ada pula cinta diam... Yang mengagumi dalam diam Mencintai dengan diam Berdo'a menyeru namanya diam-diam Ada juga cinta umbar Semua perasaan di publish bak selebritis Setiap kata dirajut menjadi kalimat paling romantis Semua wajah di edit jadi foto-foto manis ~ Lalu, pernahkah terlintas di benak anda? Tatkala jatuh cinta kepada seseorang dan merasa bahagia, sebenarnya ada perasaan wanita lain yan

Eye Level

Keputusanku untuk kembali ke medan setelah wisuda, bulat sudah. Banyak hal yang sudah difikirkan masak-masak sebelum memutuskan. Bukan gampang! Meninggalkan posisi karier yg terbilang sudah cukup lumayan dari segi apapun. Tapi setiap perjalanan harus ada pengorbanan, don't be egoistic!!! Ada banyak pertimbangan meninggalkan semua rutinitas di Jawa dan hidup entah seperti apa di Medan. Ya, itulah yang ada di benakku tatkala itu. Pertama, keluarga Kini kami hanya tinggal berempat. Ayah adalah bapak dan ibu bagi kami. Rasanya tidak tega harus meninggalkan ayah dan dua adikku setelah ditinggal pergi mama. Mengurus ini dan itu seorang diri. Membereskan segala sesuatunya sendiri. Ya sih masih ada fanny yg dibilang sudah cukup dewasa. Tapi, aku mengenal betul watak fanny dari kecil. Fanny bukan typikal orang yg care abis sama rumah. Care sih tapi gak pakai banget. Belum lagi si Raisya, masih terlalu kecil untuk harus memahami semua ini. Dia akan merasa kesepian karena hanya memiliki